Resmi, FIFA Rombak Aturan Penalti Usai Insiden Álvarez di Liga Champions
- AP Photo/Manu Fernandez
VIVA – Insiden kontroversial penalti Julián Álvarez yang mengundang perdebatan pada laga Liga Champions akhirnya memaksa badan pengatur sepakbola dunia, IFAB, untuk memperjelas aturan soal eksekusi tendangan penalti.
Penegasan aturan itu diumumkan pada Selasa, 4 Juni 2025, menyusul kejadian saat striker Atlético Madrid itu secara tidak sengaja menyentuh bola dua kali dalam babak adu penalti kontra Real Madrid di babak 16 besar Liga Champions, Maret lalu.
Ketika itu, Álvarez terpeleset saat menendang. Kaki kanannya menyentuh bola terlebih dahulu, namun bola kemudian memantul mengenai kaki kirinya dan melambung masuk ke gawang Thibaut Courtois. Wasit sempat mengesahkan gol, namun VAR kemudian membatalkannya. Atlético pun tersingkir dalam adu penalti.
Meski dinilai sesuai aturan, banyak pihak menganggap keputusan tersebut tidak adil karena Álvarez tak berniat melakukan pelanggaran.
Kini, IFAB—badan pembuat aturan sepakbola yang didukung FIFA—memutuskan bahwa gol dari penalti dengan sentuhan ganda tak disengaja harus diulang, bukan dibatalkan. "Situasi ini memang jarang terjadi dan tidak dijelaskan secara langsung dalam Hukum 14," tulis IFAB dalam keterangan resminya. "Namun, bagian dari Hukum 14 itu sebenarnya dimaksudkan untuk mencegah aksi sengaja menyentuh bola dua kali."
Aturan baru ini langsung diberlakukan dalam laga UEFA mulai Rabu, 5 Juni 2025, saat Jerman menghadapi Portugal di semifinal UEFA Nations League di Munich. Aturan juga akan diterapkan di Piala Dunia Antarklub yang digelar di Amerika Serikat mulai 14 Juni, di mana Atlético Madrid termasuk salah satu peserta.
Lebih lanjut, IFAB menjelaskan, bila penalti dengan sentuhan ganda tidak menghasilkan gol, maka tidak perlu diulang. Dalam adu penalti, itu akan dicatat sebagai kegagalan. Sementara dalam pertandingan normal atau babak tambahan, tendangan bebas akan diberikan untuk tim lawan.
Sebagai informasi, IFAB terdiri dari empat federasi sepakbola Inggris Raya dan FIFA. Setiap perubahan aturan memerlukan enam suara dari total delapan, dengan FIFA memegang empat suara dan empat federasi masing-masing satu.
Dengan klarifikasi ini, IFAB berharap kejelasan aturan bisa mencegah kontroversi serupa terulang di masa mendatang.
