Inter Milan yang 'Baik Hati', 4 Kali Bikin Lawan Raih Treble Winners Usai Kalah di Final Liga Champions

Pemain Inter Milan, Lautaro Martinez
Sumber :
  • AP Photo/Martin Meissner

Jakarta, VIVA – Jika ada penghargaan untuk klub paling dermawan di final Liga Champions, Inter Milan mungkin layak jadi juaranya. Bukan karena mereka sering memberi hiburan, tapi karena mereka berbaik hati ‘mengizinkan’ lawan-lawan mereka mencetak sejarah.

Manchester City Terancam Hancur Lebur Usai Tersandung 115 Dakwaan

Bayangkan saja, setiap kali Inter Milan kalah di final Liga Champions, ada satu pola yang selalu berulang: lawannya bukan hanya juara, tapi langsung meraih treble winners dan mengangkat trofi "Si Kuping Besar" untuk pertama kalinya dalam sejarah klub mereka.

Pelatih Inter Milan, Simone Inzaghi

Photo :
  • AP Photo/Matthias Schrader
Manchester United Buktikan Magnet Global, Laga Pramusim di AS Lampaui Jumlah Penonton Final Piala Dunia Antarklub 2025

Berikut daftar "kebaikan hati" Inter Milan yang luar biasa:

1967 – Inter takluk dari Glasgow Celtic. Klub Skotlandia itu mencatat sejarah sebagai tim Britania pertama yang menjuarai Liga Champions, sekaligus menyempurnakan musim dengan treble.

Perjalanan Emil Audero di Liga Italia: Dari Juventus, Juara Serie A, Klub Milik Orang Indonesia sampai di Cremonese

1972 – Ajax Amsterdam mengalahkan Inter dan mencatatkan treble bersejarah dalam era Johan Cruyff yang revolusioner.

2023 – Manchester City mengalahkan Inter dan akhirnya meraih trofi “Si Kuping Besar” untuk pertama kalinya dalam sejarah, sembari menyegel treble perdana mereka.

2025 – PSG (Paris Saint-Germain) jadi klub terbaru yang mengikuti jejak serupa, menundukkan Inter di final dan menorehkan treble serta gelar Liga Champions pertama.

Empat kali jadi runner-up, empat kali juga Inter memberikan “restu sejarah” kepada lawannya. Seakan-akan Inter Milan adalah penjaga gerbang kejayaan, perantara sakral bagi klub-klub yang ingin mencetak treble untuk pertama kalinya.

Bagi sebagian orang, ini mungkin kutukan. Tapi kalau dilihat dari sisi romantisnya, Inter adalah klub yang “besar hati”. Mereka tak hanya bermain bola, tapi juga ikut menulis kisah emas klub lain di panggung tertinggi.

Namun, bukan berarti Inter hanya jadi pengantar sejarah orang lain. Jangan lupa, mereka juga pernah menorehkan tinta emas sendiri. Tahun 2010, di bawah asuhan José Mourinho, Inter mencatatkan treble legendaris—Serie A, Coppa Italia, dan Liga Champions. Saat itu, merekalah yang membuat lawan tak berkutik.

Jadi, apakah Inter Milan terkutuk? Atau justru klub paling “baik hati” di Eropa? Apapun jawabannya, satu hal pasti: setiap kali Inter tampil di final, sejarah besar pasti terjadi—entah untuk mereka, atau untuk lawannya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya