Curhat Pelaku Industri soal Dampak AI
- Dok. Istimewa
Jakarta, VIVA – Sejumlah pelaku industri telekomunikasi dan teknologi menyebut sejumlah dampak pemanfaatan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) oleh perusahaan.
Director and Head of Government and Industry Relations Ericsson Indonesia, Ronni Nurmal, mengakui dampak dari pemanfaatan AI terhadap perusahaannya.
“Kami melihat jika belakangan ini ada kenaikan penggunaan AI. Kami telah memanfaatkan AI untuk sisi operasional maupun bisnis,” kata dia di Jakarta.
Hal senada juga diungkapkan Chief Enterprise Business Officer XLSmart for Business, Feby Sallyanto, yang menyebut ada enam dampak yang dialami perusahaannya saat mengadopsi AI.
"Mulai dari efisiensi tim penjualan, strategi pemasaran yang lebih cerdas, dan juga enchance home productivity. Selain itu, penguatan produk enterprise fiber to the X, AI Led network dicision, hingga produktivitas SDM," jelasnya.
Trihan Marsudi, selaku GM Network Digitalization and Analytic Platform Telkomsel, menjelaskan bahwa perlu adanya AI untuk mengontrol produk hingga membantu para pelanggannya.
"Pelanggan kami yang lebih dari 150 juta tentu sangat sulit jika harus dipantau secara manual. Dengan bantuan AI, kami bisa cepat memantau jaringan hingga perbaikan yang cepat jika ada masalah," ungkap dia.
Dalam kesempatan tersebut, Direktur Kecerdasan Artifisial dan Ekosistem Teknologi Baru Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemenkomdigi), Aju Widya Sari, menegaskan jika kecerdasan buatan atau AI berpotensi secara signifikan meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kualitas hidup masyarakat sehingga berdampak pada berbagai aspek kehidupan manusia termasuk transformasi pada industri.
"Pertanyaan yang timbul saat ini bukan lagi apakah kita akan memanfaatkan AI, melainkan sejauh mana kita bisa memaksimalkan potensi AI secara inklusi dan strategis," tuturnya.
Aju menambahkan industri yang saat ini diproyeksikan akan mendapatkan manfaat paling besar dari revolusi AI mencakup sektor kesehatan melalui diagnosa berbasis AI, pengembangan obat lebih cepat, dan telemedicine yang dipersonalisasi, sektor pertanian melalui pemanfaatan hasil panen, prediksi cuaca, dan otomatisasi irigasi berbasis data.
"Di sisi lain, kami juga ingin membuat regulasi AI yang mampu melindungi semua pihak dari bahayanya kejahatan siber hingga pencurian data," papar dia.
"Seiring berkembangnya AI, maka berbagai industri dan sektor berlomba-lomba menentukan perangkat dan sistem mana yang akan diterapkan untuk mencapai hasil ekonomi yang diharapkan. Dengan semakin meluasnya penggunaan AI, kebutuhan akan data juga sangat penting. Sebab, perusahaan memerlukan pemrosesan yang lebih lancar untuk memfasilitasi permintaan konsumen agar kepuasan mereka tetap terjaga," kata Uday.