Efek Samping Mengerikan ChatGPT: Delusi, Paranoia hingga Berakhir di Rumah Sakit Jiwa

ChatGPT.
Sumber :
  • Getty Images

Jakarta, VIVAChatGPT dikaitkan dengan 'psikosis yang mengerikan' terhadap beberapa pengguna, demikian dilaporkan platform media sains dan teknologi Futurism, Rabu, 2 Juli 2025, mengutip keterangan dari mereka yang terkena dampak, anggota keluarga mereka, dan para peneliti.

Waspada! Asisten AI seperti Siri, Microsoft Copilot dan ChatGPT Bisa Jadi Mata-mata di Ponselmu

Semakin banyak penelitian yang menyoroti bagaimana chatbot AI dapat memperburuk kondisi kejiwaan, terutama karena alat seperti ChatGPT, Claude, dan Gemini semakin banyak digunakan tidak hanya dalam lingkungan profesional tetapi juga dalam konteks yang sangat pribadi dan emosional.

"Inti permasalahannya tampaknya adalah bahwa ChatGPT, yang didukung oleh model bahasa besar (LLM), sangat cenderung menyetujui pengguna dan memberi tahu mereka apa yang ingin mereka dengar," tulis situs web tersebut.

7 Alat AI bisa Dongkrak Produktivitas Kerja hingga 40 Persen, Nomor 6 Sudah Biasa

Media tersebut mengutip contoh 'psikosis ChatGPT' yang diduga menyebabkan gangguan serius bahkan pada mereka yang tidak memiliki riwayat penyakit mental serius.

Seorang pria mengalami delusi mesianik setelah pembicaraan ChatGPT yang panjang, karena ia percaya kalau dirinya telah menciptakan AI yang berakal dan melanggar hukum matematika dan fisika. Ia dilaporkan menjadi paranoid, kurang tidur, dan dirawat di rumah sakit setelah mencoba bunuh diri.

Heboh ChatGPT Ramalkan Persib Bandung Juara Piala Dunia Antarklub 2049

Seorang pria lain beralih ke ChatGPT untuk membantu mengatasi stres terkait pekerjaan, meskipun ia malah terjerumus ke dalam fantasi paranoid yang melibatkan perjalanan waktu dan membaca pikiran. Ia kemudian memeriksakan diri ke fasilitas psikiatri.

Jared Moore, penulis utama studi Stanford tentang chatbot terapis, mengatakan ChatGPT memperkuat delusi karena 'penjilatan chatbot' karena kecenderungannya untuk memberikan respons yang sangat menyenangkan.

Dirancang untuk membuat pengguna tetap terlibat, AI tersebut sering kali menegaskan keyakinan yang tidak rasional alih-alih menantangnya, didorong oleh insentif komersial seperti pengumpulan data dan retensi langganan.

Ada 'semacam mitologi' di sekitar chatbot yang didukung oleh LLM bahwa mereka dapat diandalkan dan lebih baik daripada berbicara dengan manusia," jelas Dr Joseph Pierre, psikiater di Universitas California, AS.

ChatGPT vs DeepSeek.

Ribuan UMKM di Indonesia Dijebak Malware Berkedok Zoom dan ChatGPT

Ribuan UMKM di Indonesia dijebak malware berkedok Zoom dan ChatGPT.

img_title
VIVA.co.id
1 Juli 2025