Kebudayaan Banyumas Ciptakan Kerukunan dalam Beragama
- Istimewa
Ketua Paguyuban Kasepuhan Adat Kejawen Aboge Kalitanjung, Kyai Mbah Muharto menjelaskan sikap saling toleransi dan saling menghargai dengan masyarakat sekitar tidak mungkin terjadi apabila interaksi tidak harmonis dan baik di masyarakat desa tersebut. Hal itulah yang dilakukan komunitas Islam Aboge Kalitanjung.
Menurutnya, Komunitas Islam Aboge Kejawen Kalitanjung  masih menjalankan ritual keagamaan selametan untuk memperingati hari besar atau biasa disebut Grebeg Suran yang dibagi ke dalam dua acara inti yaitu pagelaran wayang kulit dan sedekah bumi disertai penanaman kepala kambing atau sapi di perempatan yang menjadi jalan masuk saat sedekah bumi.
"Saat sedekah bumi, masyarakat tanpa diminta pasti akan melaksanakan sedekah bumi dengan membawa makanan yang sumbernya dari bumi seperti sayuran yang telah matang, kemudian mereka berjejer sepanjang jalan dengan diawali doa lalu dilanjutkan menanam kepala kambing atau sapi , kemudian dilanjutkan makan bersama," jelas Kyai Mbah Muharto dalam keterangannya yang diterima VIVA, Jakarta, Senin (5/12).
Ditambahkan Kyai Mbah  Muharto dalam mempertahankan keberagaman budaya secara turun temurun mengadakan ritual sebelum menanam padi dan menjelang panen, ritual kelahiran, dan dan ritual kematian.
Cara Komunitas Islam Kejawen Kali Tanjung untuk mempertahankan identitas keagamaannya adalah melalui pranata keluarga yaitu dengan sosialisasi orang tua kepada anak dan pranata adat yaitu dengan proses untuk menjadi kasepuhan diantara 185 orang harus melalui proses adat yang pertama adalah sangkan paran dumading sifat 12 selama 1 tahun, pesucen dengan banyak berdzikir untuk pencucian secara rohani, ngglandang gede yang akan diuji oleh guru kasepuhan, dan terakhir adalah medun, semua dibimbing oleh guru.
"Jadi untuk dianggap menjadi kasepuhan tidak serta merta masuk begitu saja, namun melalui proses yang cukup panjang, minimal telah berusia 60 tahun, itupun setelah melalui uji dan hasil mufakat guru dan tundagan atau pemelihara situs budaya," katanya.
Sementara Dewan Penasehat Paguyuban Komunitas Adat Kejawen Aboge Kalitanjung, Eddy Wahono menambahkan bahwa ilmu yang diturunkan tidak ada yang tertulis sejak dahulu kala yang dipimpin oleh Kyai bagi kaum laki laki dan Nyai untuk kaum perempuan. Eddy Wahono sendiri masuk ke dalam komunitas Kejawen Aboge Kalitanjung sejak tahun 1990.