Kasus Pelajar SD Terancam Buta Permanen di Jombang Dapat Sorotan Aktivis Anak

Orang tua korban saat menunjukkan rekam medis dokter mata.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Uki Rama (Malang)

VIVA – Kasus kekerasan terhadap anak yang terjadi di lingkungan Sekolah Dasar (SD) yang ada di Kabupaten Jombang Jawa Timur mendapat perhatian serius dari aktivis pemerhati anak.

Dinkes Sebut 60 Siswa di Jakarta Keracunan MBG, Penyebabnya Bakteri

Hal ini dikarenakan peristiwa nahas yang dialami pelajar kelas 4 sekolah dasar bukanlah yang pertama kali terjadi di kota santri.

Ketua Lembaga perlindungan Anak (LPA) Jombang, Solahudin mengatakan, berdasarkan catatan LPA peristiwa kekerasan yang dialami anak tercatat sebanyak 3 kali. Terakhir yang dialami siswa SD yang nyaris buta permanen itu.

Ironi Kasus Keracunan MBG di Soe NTT: Siswa Tahu Makanan Basi, Tetap Dimakan karena Lapar

"Kasus ini harus jadi yang terakhir dan evaluasi bersama. Dari catatan kami, ada tiga kasus menonjol, pertama di Kabuh anak SD, satu lagi di salah satu SLB kasusnya penusukan dan ketiga yang matanya rusak di SD juga ini," kata Solahudin, Kamis, 22 Februari 2024.

Ia menegaskan, rentetan tiga kasus menonjol itu harusnya jadi bahan evaluasi bersama, baik untuk sekolah, orang tua siswa hingga pemerintah daerah. Terutama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat.

Korban Keracunan MBG di Timor Tengah Selatan NTT Bertambah Jadi 331 Siswa

"Bagi sekolah, tiga kasus itu harusnya jadi pelajaran penting bagaimana mengelola siswa dengan lebih baik saat jam kosong pelajaran atau waktu kosong pergantian guru. Karena tiga kasus itu seluruhnya terjadi di saat guru sedang tidak di kelas, entah waktu istirhat ataupun pergantian guru," ujar Solahudin.

Selain itu, Solahudin menuturkan sudah selayaknya pihak sekolah menjaga kenyamanan siswa dengan menjauhkan benda-benda yang bisa membahayakan bagi siswa.

"Misalnya benda tajam, mungkin bagi kita orang dewasa, itu aman saja, tapi buat anak yang mereka tidak mengerti dan lepas kontrl, bisa jadi benda yang membahayakan," tutur Solahudin. 

Ia menyebut peran sekolah untuk melakukan reaksi cepat dan tepat pun harusnya diperhatikan. Misalnya dengan cepat memberitahukan kondisinya ke orang tua dan penanganan maksimalnya termasuk jaminan keberlangsungan masa depan anak.

"Dengan itu, diharapkan orang tua cepat tahu dan ada tindakan, kalau memang UKS di sekolah tidak layak ya sudah seharusnya cepat dibawa ke lokasi pengobatan terdekat, agar tidak jadi masalah di kemudian hari," kata Solahudin. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya