Pingsan Saat Dengar Adzan, Ini Perjalanan Mualaf Deni Sanusi
- Tangkapan layar
"Sampai saya ngumpet-ngumpet sampai terakhir saya ga bisa goyah dari islam ya saya ditekan semua fasilitas enggak boleh, sampai penekanan itu keluarga ga boleh hubungan sama saya. Diusirnya bener karena dia anggap saya nentang kemaun orang tua termasuk fasilitas ekonomi saya anak paling besar, orang tua saya punya pabrik semua pabrik atas nama saya, saya masuk islam semua diambil lagi ya silahkan," kata dia.
Ilustrasi berdzikir kepada Allah.
- U-Report
Namun seiring berjalannya waktu, lima tahun sebelum sang ayah meninggal, ayah dari koh Deni pun mulai menganggapnya lagi. Mengingat perilaku koh Deni yang berubah 100 persen menjadi lebih baik setelah menjadi mualaf.
"Saya dapat jodoh nikah secara islam dia melihat ternyata selidiki kamu rumah tangga aman-aman aja, gak pernah ribut, jujur lo masuk islam lo lebih sopan, akhirnya dia ngerasa islam yang selama ini dianggap negatif islam lo beda sama yang naik. Ajaran islam kan akhlak budi pekerti sama nabi, itu yang saya sampaikan sampai terakhir beliau berpikir dia khawatir saya masuk islam jadi jahat, makanya ditentang keras," kata dia.
Tidak hanya itu saja, sang ayah juga begitu terkesan dengan cucunya. Yang mana cucu terakhirnya bisa berkuliah dan berbahasa mandarin, mengingat sang ayah merupakan orang asli Tiongkok.
"Terakhir sebelum meninggal happy ending, cucunya anak terakhir bisa bahasa china karena yang terakhir kuliah di china dia berkesan kok islam pendidikannya di china kan orang tua saya guru tentara di Tiongkok," kata dia.
