Inspiratif, Indonesia Raih Rekor Dunia Baru dalam Kompetisi Sempoa
- ist
JAKARTA – Di awal 2024, Indonesia mencatat prestasi gemilang dengan meraih rekor dunia baru dalam Kompetisi Sempoa SIP Nasional (KOMSIPNAS), yang diakui oleh Guinness World Records (GWR). Kontribusi luar biasa dari Sempoa SIP Indonesia telah membawa nama Indonesia ke tingkat internasional, setelah sebelumnya sukses mencatatkan rekor dunia melalui pagelaran angklung pada Agustus 2023.
Pada 17 Desember 2023, sejarah baru tercipta melalui KOMSIPNAS dengan menghimpun partisipasi lebih dari 10 ribu anak Indonesia dari berbagai daerah, mulai dari Aceh hingga Papua. Kompetisi ini tidak hanya menjadi ajang pengukur keterampilan berhitung cepat, tetapi juga menjadi momen bersejarah yang membanggakan untuk pendidikan Indonesia. Scroll lebih lanjut ya.
"Prestasi ini adalah hasil dari bantuan dan kerja keras bersama dari berbagai pihak. Rekor dunia baru ini bukan hanya milik Sempoa SIP, melainkan milik seluruh anak-anak Indonesia. Ini adalah prestasi yang diciptakan oleh Indonesia, untuk Indonesia," ujar pendiri Sempoa SIP Indonesia, Alexander K Taslim melalui keterangannya.
Kompetisi KOMSIPNAS, sebagai ajang tahunan yang diadakan oleh Sempoa SIP, menunjukkan bahwa pendidikan berkualitas dapat diakses oleh semua kalangan. Dengan partisipasi ribuan anak Indonesia, prestasi ini menjadi bukti bahwa anak-anak Indonesia mampu bersaing di tingkat internasional.
Ilustrasi Anak dan Sempoa
- ist
Sempoa SIP tidak hanya berfokus pada kompetisi semata, melainkan berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi masa depan anak-anak Indonesia. Melalui kompetisi-kompetisi ini, Sempoa SIP berharap dapat menciptakan generasi muda Indonesia yang berani berkompetisi dan memiliki mental juara.Â
Keberhasilan Indonesia dalam menciptakan rekor dunia baru ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi anak-anak Indonesia untuk berani ikut serta dalam menciptakan sejarah baru pendidikan Indonesia, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Amich Alhumami Dorong Pemerataan Pendidikan hingga Sentralisasi Pengelolaan Guru
Dorongan muncul karena layanan pendidikan belum merata, terutama anak-anak dari keluarga tidak mampu dan yang tinggal di daerah 3T (terdepan, terpencil, tertinggal)
