WHO Sebut Dampak Mikroplastik pada Kesehatan Belum Bisa Dibuktikan
- Energy Industry Review
"Untuk meyakinkan konsumen air minum di dunia, kami menyampaikan bahwa berdasarkan penelitian ini, kami menemukan risiko mikroplastik dalam air minum adalah rendah," ujar Koordinator Air dan Sanitasi WHO, Bruce Gordon.
Kendati minim risiko, WHO tetap merekomendasikan beberapa langkah yang bisa diambil untuk mencegah dampak mikroplastik terhadap kesehatan manusia.
"Langkah-langkah harus diambil oleh pembuat kebijakan dan masyarakat untuk mengelola plastik dengan lebih baik. Masyarakat juga perlu mengurangi penggunaan plastik jika memungkinkan," ujar Gordon.
WHO mengatakan bahwa data mengenai keberadaan mikroplastik dalam air minum yang tersedia saat ini sangat terbatas. Tak banyak studi yang meneliti hal tersebut. Hal itu membuat pihaknya kesulitan untuk menganalisis hasilnya.
Karenanya, WHO meminta para peneliti untuk melakukan evaluasi lebih mendalam tentang dampak potensial plastik terhadap kesehatan manusia. WHO juga mendesak penekanan angka polusi sampah plastik untuk lingkungan yang lestari.
Mikroplastik.
- HORIBA
"Kami sangat perlu mengetahui lebih banyak tentang dampak kesehatan dari mikroplastik, karena mereka ada di mana-mana," ujar Direktur Departemen Kesehatan Masyarakat WHO, Maria Neira.
Sebelumnya, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Penny K. Lukito juga mengakui belum ada standar kadar aman kandungan mikroplastik dalam minuman. Sebab, WHO sebagai organisasi kesehatan dunia belum mengeluarkan batasan kandungan mikroplastik dalam standar air minum.
"Terkait dengan standar air minum, kami merujuk pada WHO. Karena kajian tentang itu belum ada, WHO pun baru mengeluarkan pernyataan untuk mencermati kembali temuan tersebut," katanya.
Peneliti kimia Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andreas bahkan mengutarakan pihaknya sama sekali belum pernah melakukan penelitian terkait dampak mikroplastik terhadap kesehatan manusia.
"Kalau terkait dengan dampak mikroplastik terhadap kesehatan di dalam darah itu belum pernah kita lakukan,” jelas Andreas.
Dia juga menambahkan belum ada ketentuan ambang batas yang bisa masuk ke dalam tubuh manusia karena standar pengukuran yang masih berbeda-beda.
Ilustrasi minum air/air putih.
- Pexels/Lisa Fotios
"Kalau memang sudah ada pasti sudah diadopt terkait aturan itu. Dunia juga belum memiliki standarisasi terkait dengan itu. Biasanya kalau dunia sudah ada, kita pasti terlibat dalam penyusunan terkait standar tersebut,” ungkapnya.