Sulit Menelan Disertai Demam dan Batuk, Waspada Ini Bukan Sakit Tenggorokan Biasa!
- Pixabay
Tangerang, VIVA – Radang amandel atau tonsilitis bukanlah sekadar sakit tenggorokan biasa. Jika dibiarkan atau sering kambuh, kondisi ini bisa berdampak serius terhadap kualitas hidup penderitanya.
Menurut Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan–Bedah Kepala Leher di Bethsaida Hospital Gading Serpong, dr. Alexander Nur Ilhami, Sp.THT-KL, radang amandel bisa menjadi masalah berulang yang mengganggu aktivitas hingga membutuhkan tindakan medis yang lebih lanjut. Seperti apa ciri-cirinya? Scroll untuk info lengkapnya, yuk!
“Amandel adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh. Tapi ketika sering terinfeksi, justru bisa menjadi sumber penyakit,” jelas dr. Alexander dalam keterangannya, dikutip Rabu 4 Juni 2025.
Penyebab dan Gejala yang Perlu Diwaspadai
Radang amandel dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti flu atau mononukleosis, maupun infeksi bakteri seperti Streptococcus pyogenes (Step Throat). Gejalanya meliputi:
- Nyeri tenggorokan dan sulit menelan
- Demam dan kelelahan
- Batuk, sakit kepala, dan pembengkakan amandel
“Jika Anda mengalami gejala ini berulang lebih dari lima kali dalam setahun, atau tidak membaik meskipun sudah berobat, bisa jadi ini adalah tanda bahwa tindakan lanjutan diperlukan,” ungkap dr Alexander.
Kapan Perlu Dioperasi?
Pada banyak kasus, radang amandel dapat sembuh dengan istirahat, banyak minum, obat pereda nyeri, atau antibiotik bila disebabkan oleh bakteri. Namun, bila infeksi terus berulang atau menimbulkan komplikasi seperti abses peritonsil (nanah di sekitar amandel), dokter mungkin akan menyarankan tindakan tonsilektomi atau operasi pengangkatan amandel.
Ada berbagai pilihan metode operasi amandel yang canggih dan minim rasa sakit, seperti:
- Tonsilektomi Tradisional: Menggunakan pisau bedah konvensional
- Elektrokauter: Mengangkat amandel dengan arus listrik sekaligus menghentikan perdarahan
- Laser Tonsilektomi: Mengurangi perdarahan dan lebih presisi
- Coblation: Menggunakan suhu rendah untuk meminimalisir nyeri pasca operasi
- Endoskopik Tonsilektomi: Menggunakan kamera mini untuk operasi yang lebih akurat
“Setiap metode memiliki keunggulannya masing-masing. Kami akan memilihkan yang paling sesuai dengan kondisi pasien, tentunya dengan fasilitas dan peralatan yang lengkap serta modern di Bethsaida Hospital,” ujar dr. Alexander.
“Klinik THT di Bethsaida Hospital telah kami rancang lengkap, mulai dari layanan konsultasi, endoskopi hidung dan tenggorokan, audiometri, hingga fasilitas bedah dengan teknologi mutakhir. Kami ingin memastikan setiap pasien mendapatkan pelayanan terbaik, dari diagnosis hingga tindakan,” sambung dr. Pitono, Direktur Bethsaida Hospital Gading Serpong.