Menyusuri Jejak Batu Tempat Sujud Sang Proklamator

Batu Tempat Sujud Sang Prokamator di Kampung Ciburial, Bogor
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhammad AR

VIVA – Tak Banyak yang tahu Sang Proklamator Indonesia mempunyai lokasi menyendiri di kawasan puncak. Berlokasi di Kampung Ciburial RT05/05, Desa Tugu utara, Ciasarua. Sebuah batu diyakini warga sekitar pernah jadi tempat persembunyian Presiden Soekarno. Usai kemerdekaan, lokasi ini menjadi tempat persinggahan untuk merenungnya. 

Jalur Wisata Puncak Diberlakukan Ganjil Genap Pada 28-30 Maret

Ditemui VIVA di lokasi, Pian Sofian, juru pemelihara situs generasi ke empat, menceritakan kisah di balik batu sujud itu. Dari kisah yang diwariskan padanya, mengungkapkan Soekarno pernah mendatangi lokasi itu sekitar tahun 1944-1960-an. 

Tak ada tanda penunjuk arah untuk ke lokasi ini. Berbekal keterangan warga, menuju lokasi ini harus melewati jalan sempit di tengah perkampungan padat penduduk. 

Menteri Pariwisata Imbau Pelaku Usaha Wajib Memastikan Legalitas Usaha

Situs di bawah naungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor ini diakui Pian ramai didatangi peziarah. Di mana para peziarah tersebut datang dari berbagai daerah dari Indonesia bahkan dari luar negeri.

"Malam jumat yang ziarah banyak, ada dari Jakarta, Bogor, bahkan dari Brunei juga ada, tapi sekarang gak seramai dahulu," katanya ditemui VIVA di rumah yang menjadi tempat pengelolaan situs, Selasa, 14 November 2017.

Soal Pembongkaran Wisata di Puncak Bogor, Menpar: Tidak Boleh Sepihak

Biasanya pelancong yang membawa roda empat, memarkir kendaraan 300 meter dari lokasi situs. Dari tepi jalan, pengunjung harus menyusuri jalan setapak kemudian menaiki anak tangga hingga sampai di pintu gerbang.  Warga di sana terbiasa kedatangan wisatawan, rumah-rumah mereka menjajakan makanan dan jasa parkir kendaraan. 

Batu tersebut memiliki panjang sekitar 150 meter dengan tinggi rata-rata tiga meter. Di atasnya ada sebuah lempengan yang menyerupai sajadah. Nah, konon di lokasi ini Soekarno pernah menggunakannya sebagai alat salat. 

"Cerita dari masyarakat, dan yang saya dengar dari orang tua kalau Bung Karno pernah ke sini. Dan warga kompak untuk menyembunyikannya," ujarnya.

Pian memandu sambil mengisahkan cerita yang ada di masyarakat. Dahulunya di samping Batu Kraton ada sebuah pohon karet yang terbilang amat besar. Pohon menjadi naungan dari sinar matahari. 

Namun, tahun 2010 lalu pohon tersebut tiba-tiba roboh. Kini jika matahari menyengat, batu tersebut ikut panas. Menurut Pian, tak sedikit peziarah datang dari luar kota. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya