- ANTARA/R. Rekotomo
Seorang wanita memasukkan pesanan ke robot pelayan di sebuah restoran di Xi'an, Provinsi Shaanxi, China. Foto: REUTERS/Stringer
Hammam mengatakan, untuk konteks Indonesia, pengembangan robot yang diperlukan adalah yang sifatnya automatisasi, sesuai dengan kebutuhan manufaktur dan industri dalam negeri. Malah, menurut dia, jika pemerintah mengembangkan robot humanoid jadi kurang bermanfaat bagi industri.
"Ngapain kita bikin sesuatu yang mungkin tidak begitu banyak memberikan manfaat. Kan humanoid ini lebih kepada riset sekarang kan. Riset kepada kecerdasan buatan, intelligent, automation, smart industry istilahnya, industri cerdas," kata dia.
Hammam mengatakan, melihat peta jalan yang ada di BPPT, yang bisa diupayakan Indonesia dalam satu dekade ke depan yaitu menguatkan basis pengetahuan tentang robot humanoid tersebut.
Dia mengatakan, fokus pemerintah dalam pengembangan robot sebaiknya yang bisa membantu industri dalam negeri dibanding robot humanoid. Misalnya, dalam industri tekstil, diharapkan agar Indonesia bisa menciptakan robot industri tekstil.
Belum Laku di Dalam Negeri
Direktur Pusat Teknologi Elektronika BPPT, Yudi Purwantoro, mengatakan, robot humanoid belum diminati secara pasar di Indonesia. Ia memandang robot tersebut hanya untuk mewujudkan kesenangan, bukan untuk kepentingan yang lebih luas di masyarakat.
"Humanoid itu, sebenarnya, pangsanya sangat-sangat kecil. Dia itu jadi kayak hobi lah, bukan untuk keperluan yang komersial. Kalau komersial pasti industri, skalanya besar. Kalau dibandingkan, humanoid itu 0,1 persen adanya," tutur Yudi.
Mengingat pangsanya yang bisa dibilang secuil, maka Yudi yakin publik belum tertarik dengan robot jenis tersebut. Namun demikian, nantinya bisa jadi robot humanoid mulai menarik perhatian publik. Tapi, untuk saat ini, ia mengatakan, tak banyak orang di Indonesia yang akan membeli robot tersebut.
Â
"Tantangannya yang beli siapa, saya yakin masyarakat normal, publik enggak akan beli, orang kaya sekali pun enggak akan beli, di Indonesia," katanya.
Robot EMIEW3 produksi Hitachi Ltd. berinteraksi dengan seorang turis saat peluncuran di Tokyo, Jepang. Foto: REUTERS/Issei Kato
Suara pesimisme tentang robot humanoid di Indonesia disampaikan oleh Ketua Asosiasi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Sangkot Marzuki.
Â
Dia meyakini jika bicara soal kualitas sumber daya manusia dalam membuat robot tersebut, sebenarnya Indonesia tak kalah dengan luar negeri. Namun, kendalanya adalah lingkungan Tanah Air, yang menurut dia, justru tidak mendukung. Misalnya, problem banyaknya jumlah penduduk.