SOROT 393

Jejak Humanoid Anak Bangsa

Robot pemadam api karya mahasiswa Unissula menang dalam kontes di AS.
Sumber :
  • ANTARA/R. Rekotomo

“Kalau butuh (robot humanoid) ke depan, ya jelas. Indonesia juga akan bergerak, kalau sekarang, ya jawabnya, mungkin jawaban dari banyak orang. Janganlah, banyak orang kehilangan kerja," dia menambahkan.

114 Tim Bertarung dalam Kontes Robot Indonesia

Sangkot menjelaskan, tidak bisa memastikan kapan Indonesia bisa siap untuk mengembangkan robot Humanoid. Namun demikian, ia tak menampik, Indonesia dalam hal ilmu pengetahuan juga terpengaruh oleh apa yang terjadi di luar negeri.

Belajar dari Jepang dan China

Jerman Rancang Robot yang Punya Rasa Sakit

 

Soal potensi robot humanoid, Yudanarko senada dengan peneliti BPPT. Dia mengatakan, pengembangan robot humanoid layaknya hukum pasar, ditentukan oleh kebutuhan masyarakat.  

Siswa SD Sampai Mahasiwa Adu Robot di Semarang

Yudanarko menilai, saat ini masyarakat Indonesia masih merasa belum membutuhkan keberadaan robot humanoid. Sebab, berbagai hal saat ini masih bisa dilakukan oleh masyarakat sendiri, tanpa bantuan robot.

Dia mengatakan, ada banyak faktor yang membuat robot humanoid di Tanah Air kalah populer dibanding di luar yang sudah cepat berkembang.

Ia mengatakan, kondisi ekonomi juga turut memengaruhi perkembangan robot humanoid di Indonesia. Masih rendahnya taraf hidup orang Indonesia, membuat mereka masih belum memikirkan untuk menggunakan jasa robot dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

“Sedangkan di China dan Jepang, robot biasa digunakan karena masyarakatnya sudah bisa memenuhi kebutuhan primer dan sekunder. Jadi, mereka kemudian merambah kebutuhan tersier,” tutur Yudanarko.

Kemudian, faktor kultur dan kemampuan juga turut memengaruhi, misalnya Jepang. Di antaranya faktor biaya, dan budaya. Yudanarko mengungkapkan, negara maju seperti Jepang sudah memiliki budaya membuat robot sejak abad ke-18. Saat itu, orang-orang Jepang sudah memiliki boneka bergerak yang dinamakan Kakuri.

Selanjutnya, negara lainnya seperti China memiliki kemampuan untuk meniru hasil karya orang lain. “Indonesia seharusnya memiliki karakter dari dua negara itu, meniru, lalu kita kembangkan sendiri risetnya agar hasilnya lebih maju dari buatan negara lain,” ujar Yudanarko.

http://media.viva.co.id/thumbs2/2012/07/02/161874_kontes-robot-indonesia-2012_663_382.jpg

Peserta Kontes Robot Cerdas Tingkat Nasional 2012 memperlihatkan robotnya saat Konferensi Pers di ITB Bandung. Foto: ANTARA/Agus Bebeng

Kunci Humanoid
Yudanarko mengatakan, pada dasarnya, untuk membuat sebuah robot humanoid diperlukan adanya pengatur keseimbangan. Alasannya, keseimbangan penting bagi robot humanoid, karena robot itu berdiri dengan dua kaki.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya