Direktur Utama AirNav, Novie Riyanto Rahardjo

Target Kita Melayani Bukan Keuntungan

Direktur Utama AirNav Indonesia, Novie Rianto Rahardjo.
Sumber :
  • Raden Jihad Akbar/VIVA.co.id

Direktur Utama AirNav Indonesia, Novie Rianto Rahardjo.

Bos InJourney Airports 'Curhat' Kendala di Industri Aviasi

Bagaimana mengenai wilayah udara yang masih dikuasai asing? 

Sekarang bersama-sama ya dengan timnya, ada tim Interdept yang bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan dan Kementerian Perhubungan, semuanya kita sinergi, sedang berjuang secara diplomasi. Apa yang sekarang ini dikontrol saya tidak katakan dikuasai tapi dikontrol negara lain kita ambil alih. 

Kemnaker Apresiasi Kerja Sama Industri Penerbangan Indonesia-Tiongkok

Untuk itu kan harus tunjukkan ke internasional bahwa kita mampu dan kita bisa. 

Parameternya apa? 

Menhub Optimistis Industri Penerbangan Segera Bangkit

Sebetulnya dari sisi teknis kita sudah siap 100 persen, tapi harus ada step-nya, itu diplomasi. Kita negosiasi dengan negara lain, meyakinkan negara lain, meyakinkan internasional bahwa kita dari sisi legal dan formal kita bisa. Saat ini masih proses interdept, dan kementerian-kementerian ini sedang negosiasi. 

Air Traffic Services (ATS) adalah salah satu layanan utama AirNav. Bagaimana upaya meningkatkannya?

Jadi ATS itu kan ada dua komponen SDM utama kita, pertama ATC kedua adalah petugas komunikasi. Nah keduanya harus comply dengan standard internasional, otomatis yang jadi tuntutan internasional harus kita penuhi. 

Contoh level untuk bahasa Inggris mereka harus level 4 minimal , yang kurang-kurang ya kita harus latih terus supaya kita bisa memenuhi. Kemudian kemampuan mereka untuk kontrol Pesawat Udara, jadi bagaimana mereka bisa me-utilized ruang udara yang ada secara maksimal. 

Di Jakarta misalnya, itu padatnya minta ampun, mereka harus terbiasa dengan itu, 80 penerbangan per jam, mungkin dengan runway ke tiga mungkin bisa bertambah lagi. 

Untuk memenuhi itu kita tentunya harus mengalokasikan anggaran untuk mereka, termasuk kesejahteraan mereka, tingkat stres mereka harus juga bisa di jaga. Kemudian tools mereka untuk bekerja, misalnya simulator. Itu semua harus bisa kita penuhi. 

Petugas beraktivitas di menara Pemandu Lalu Lintas Udara (ATC) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia atau AirNav di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Sabtu, 19 Januari 2019.

Petugas ATC

Selain layanan navigasi udara, bagaimana mengenai Instrument Landing System?

Jadi di Indonesia untuk bandara-bandara besar yang diterbangi jet itu bisa katakan sudah ada hampir 100 persen itu sudah terlengkapi dengan Instrument Landing Sistem (ILS), itu landing kategori 1. 

Di Timur, Jayapura bisa tapi di Wamena tidak bisa. Kenapa tidak bisa? Karena ILS kan harus pendaratan lurus, padahal Wamena itu dikelilingi gunung-gunung, tapi tak bisa dipasang ILS. Kita pun cari solusi lain, dengan satelit untuk pendaratan, kita jamin memenuhi persyaratan safety.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya