Saya Poligami Justru Melindungi Harkat dan Martabat Perempuan
- VIVA/M Ali Wafa
Apa yang membuat Anda santai saja mempublikasikan kehidupan dengan tiga istri?
Tidak ada latar belakang atau motivasi tertentu. Sebab, saya memang sudah terbiasa menjalankan rumah tangga dengan keterbukaan. Saling terbuka. Jadi kalau pas pelantikan, saya memang ajak ketiganya. Sebab, kalau saya hanya bawa satu malah bisa jadi pertengkaran di rumah tangga kami. Saya sudah terbiasa berlaku adil. Salah satu bentuknya ya mengajak ketiganya saat saya dilantik jadi anggota dewan. Sebelum jadi anggota DPR saya juga sudah biasa posting kebersamaan kami berempat di media sosial. Dan itu kehidupan pribadi yang nyata. Bukan karena saya jadi anggota dewan. Bukan dibuat-buat. Karena sehari-hari sudah seperti itu, saya tak bisa mengubah keseharian hanya karena saya menjadi anggota dewan. Kalau saya ubah, justru saya tak menjadi diri sendiri.Â
Memang sudah berapa lama menjalani kehidupan dengan tiga istri?
Sudah sekitar sembilan tahun. Sudah lama toh? Tapi, semuanya butuh proses. Pak Jokowi saja menuju presiden harus mulai dari jadi wali kota, lalu gubernur, dan akhirnya jadi presiden. Semua di dunia ini tidak ada yang 'kun fa yakun,' (jadi, maka jadilah). Semuanya butuh proses. Kebetulan saya punya trik dan tekniknya. Saya juga punya doanya. Dan itu sudah berhasil berkali-kali.Â
Anda tak khawatir akan diprotes keras oleh mereka yang tak suka poligami?
Justru di sini saya ingin berdiskusi dengan mereka. Karena bagi saya, apa yang saya lakukan justru untuk menghargai perempuan. Cara yang saya pilih justru untuk menghormati harkat dan martabat perempuan. Sebab, saya menikah secara sah, baik agama maupun negara. Dan saya tak pernah menyembunyikan istri-istri saya. Semuanya saya tampakkan dan saya perkenalkan kepada publik. Lalu, di mana salah saya? Saya tak sembunyikan istri saya. Dan di luar sana, justru lebih banyak yang sembunyi-sembunyi, banyak yang selingkuh. Bukankah itu justru tidak menghargai perempuan? Bagaimana bisa disebut menghargai, ketika perempuan hanya dibeli dengan materi, tapi jati dirinya disembunyikan? Itu yang harusnya diserang. Bukan saya yang menikah dengan resmi, bahkan sampai hukum negara. Saya sampai ke pengadilan untuk mendapatkan rekomendasi ke KUA. Jadi, di mana salah saya? Mengapa saya diserang? Dan kami bahagia lho. Jadi tak ada alasan untuk memprotes kami kan?