Saya Poligami Justru Melindungi Harkat dan Martabat Perempuan
- VIVA/M Ali Wafa
Anda menikah dengan seizin istri?
Ya. Dari istri pertama ke istri kedua, saya izin. Jadi saya kenalkan ke istri pertama, setelah itu istri pertama mengizinkan saya menikah. Tak langsung resepsi, mungkin ada jarak sekitar satu atau dua bulan. Tapi ketika resepsi, istri pertama saya ikut mengantarkan. Bahkan, demi Allah, kami foto bareng. Tapi, tak saya simpan arsipnya.Â
Bagaimana reaksi istri ketika Anda minta izin ingin menikah lagi?
Saya tahu, 99 persen wanita di dunia ini, apapun status sosialnya, tak ada yang mau dipoligami. Sebaliknya, 99 persen laki-laki, sangat ingin berpoligami. Tapi, ada laki-laki yang setia? Tak semua. Bisa saja mereka tak mau poligami secara terbuka karena takut. Takut mertuanya marah-marah, takut jabatan hilang, karena UU ASN kan melarang poligami. Juga takut secara ekonomi tak mampu menghidupi istrinya. Tapi, coba saja, semua ketakutan itu dihilangkan dan, misalnya, datang para pejabat negara, mertuanya, istri pertamanya dan memberitahu dia boleh menikah lagi, pasti dilakukan.Â
Bagaimana Anda bisa terlihat percaya diri dengan berpoligami?
Karena di agama dan UU kita dari dulu tidak masalah. Buat saya, yang penting saya tidak mengajarkan poligami. Jika pun ada yang mau mengikuti saya, syarat pertama adalah bahagiakan dulu istri pertama. Kalau kamu tak bisa membahagiakan istri pertama, bagaimana mau membahagiakan istri kedua dan seterusnya. Apalagi perempuan pada dasarnya memang tak mau dipoligami. Tapi ada prosesnya untuk membuktikan. Saya yakinkan istri saya, bahwa cinta saya tak akan berkurang karena saya menikah lagi, sebaliknya cinta saya pada istri saya malah bertambah besar. Â
Anda tak merasa menyakiti istri Anda?
Justru saya memuliakan istri dengan tak mengubah apapun di diri saya. Apa yang salah ketika istri akhirnya bisa menerima? Justru yang salah adalah mereka yang melakukan dengan sembunyi-sembunyi. Mereka yang selingkuh. Lihat saja di tempat-tempat 'karaoke.' Laki-laki yang datang ke sana, justru tidak menghargai perempuan. Mendatangi tempat itu dengan sembunyi, menghargai wanita sebatas materi, dan mengkhianati istri di rumah. Selingkuh, tapi mengaku cinta. Itu yang salah.Â