Turki Rusia Tantang Perang Israel dan Soeharto Disuruh Buat Kostrad
VIVA – Iran, Rusia, dan Turki, resmi membuat koalisi sebagai respons serangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di Suriah. Perwakilan ketiga negara datang ke Jenewa untuk melakukan sidang reguler Komisi Penyusunan Komite Konstitusi, yang dimulai sejak 24 Agustus 22020.
Menurut laporan yang dikutip militer">VIVA Militer dari Iranian Students News Agency (ISNA), selain perwakilan Iran, Rusia, dan Turki, turut hadir juga delegasi Suriah dan Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Suriah, Geir Otto Pedersen.
Pertemuan trilateral antara Iran, Rusia, dan Turki melahirkan 10 poin yang pada intinya menegaskan komitmen terhadap kedaulatan Republik Arab Suriah.
Apakah koalisi dari tiga negara ini akan membuat Pasukan Pertahanan Israel takut? Simak cerita selanjutnya dengan klik link di bawah ini.
Iran, Rusia dan Turki Resmi Bikin Koalisi Tantang Israel di Suriah
Kemudian berita terpopuler kedua datang dari dalam negeri nih. Jenderal Abdul Haris Nasution tidak hanya berperan dalam menumpas Belanda dan PKI, tetapi ia juga berperan dalam perjuangan Pembebasan Irian Barat. Baik di tingkat politik maupun militer.
Hal pertama yang dilakukannya adalah membuat perusahaan Belanda menjadi perusahaan nasional, lalu meningkatkan aktivitas perjuangan baik ke dalam maupun luar negeri.Â
Setelah itu, pada tanggal 4 Januari 1958, mantan guru itu membentuk Front Nasional Pembebasan Irian Barat (FNPIB) yang meliputi unsur-unsur organisasi masyarakat, seperti buruh, tani, wanita, pemuda, dan militer.
Perannya dalam kemerdekaan Indoesia terbilang besar, untuk itu Jenderal Abdul Haris Nasution mengerahkan seluruh pikirannya untuk mengusir Belanda dari Indonesia. Mau tau kelanjutan cerita bagaimana Nasution membebaskan Irian Barat dari Belanda? Klik link di bawah ya.
 Kisah Jenderal Nasution Suruh Soeharto Bangun Kostrad Demi Rebut Irian
Lalu berita ketiga yang menduduki tangga berita terpopuler adalah tentang prajurit TNI yang tembus zona perang di bawah ancaman rudal Amerika. Kisahnya berawal pada Februari 1989, Uni Soviet akhirnya memutuskan untuk mundur dari Afghanistan setelah genap 10 tahun menginvasi negara itu dengan hasil yang dinilai tak memuaskan, karena perang terlalu banyak memakan biaya.