Honda Bisa Juara di MotoGP Jika Pembalap Ducati Ketakukan atau Faktor Beruntung
- Crash.net
VIVA – Penantian panjang Honda bisa kembali juara satu di MotoGP dipecahkan oleh Johann Zarco di Sirkuit Le Mans, Prancis. Terakhir Honda mendapatkan gelar juara, dua tahun lalu melalui Alex Rins di MotoGP Amerika 2023.
Artinya sudah dua kali juara satu itu disabet oleh pembalap tim satelitnya, yaitu LCR Honda. Tapi ada catatan yang membuat motor Honda bisa mengalahkan dominasi Ducati dan pabrikan Eropa lainnya di ajang MotoGP.
Pembalap LCR Honda, Johann Zarco
- LCR Team
Terutama di MotoGP Prancis 2025 yang digelar kemarin, Minggu 11 Mei. Ada banyak drama yang terjadi, sejumlah pembalap termasuk lineup Ducati ketakukan akibat rintikan air hujan turun saat pemanasan pertama kali sebelum start.
Atas kondisi tersebut semua pembalap masuk ke paddock untuk mengganti ban basah. Sialnya, setelah mengganti spesifikasi wet race, tiba-tiba grimis pun berhenti dan awan yang awalnya mendung sempat kembali terang.
Alhasil ada 13 pembalap, termasuk Marc Marquez dan Francesco Bagnaia dari Ducati Lenovo, Alex Marquez dan Fermin Aldeguer dari Gresini Racing, Franco Morbidelli dan Fabio Di Giannantonio dari Pertamina VR46 Racing yang kembali mengganti ban medium.
Saat semua pembalap Ducati ketakukan dan khawatir akan keputusannya memilih ban dalam kondisi cuaca yang tidak menentu tersebut, Johan Zarco sebagai tuan rumah tidak menghiraukan pembalap lain.
Ujung tombak LCR Honda Castrol itu tetap percaya diri dengan ban basah yang dipilihnya saat pergantian pertama. Ternyata benar, balapan yang berlangsung 26 lap tersebut dilanda hujan memasuki beberapa putaran.
"Ketika saya melihat pembalap lain menggunakan ban licin, saya tahu akan turun hujan. Jadi saya mencoba menyelamatkan ban basah itu karena lintasan agak kering di awal. Namun dengan tetesan air hujan dan pembalap lain menggunakan ban licin, saya tahu bahwa hal-hal akan terjadi pada saya," ujar, dikutip Crash.net, Senin 12 Mei 2025.
Kondisi tersebut menjadi keberuntungan buat pembalap 34 tahun tersebut, walaupun di awal balapan ada banyak kesulitan yang dihadapinya. Start dari urutan ke-11 dan sempat terhantam krikil akibat menghindari sejumlah pembalap yang jatuh di tikungan pertama, dan mengakhiri lap satu di urutan ke-17.
Dia mengaku kehilangan banyak waktu saat start, karena Zarco tidak ingin menggunakan perangkat start apa pun. Bahkan dia tidak tahu cara mengerem di tikungan pertama, sehingga lebih memilih cara yang aman dengan kondisi jalan yang basah.
"Dan saat mencoba melaju di tikungan pertama, banyak hal bisa terjadi di tengah. Mir mengambil motornya dan saya banyak menabraknya. Saya bahkan kehilangan ujung kiri setang dan saya langsung masuk ke gravel. Namun kemudian semuanya baik-baik saja, stang saya agak rusak di bagian elektronik. Namun, cukup baik untuk dikendarai, dan sejak saat itu saya berkata, 'yah, Anda telah kehilangan banyak hal. Sekarang tunggu dan lihat saja'. Itulah situasi di putaran pertama," tuturnya.
Johan Zarco mengakhiri penantian 71 tahun pembalap Prancis untuk menang di Le Mans sejak terakhir kali didapatkan Pierre Monneret pada 1954. Selain itu, menjadi penantian panjang pembalap satelit Honda itu sejak terakhir kali juara di MotoGP Australia 2023 bersama Pramac Racing Ducati.
"Saya merasa sangat istimewa dan bangga, karena saya mencintai sejarah sepeda motor dan menulis garis ini sebagai pembalap Prancis yang memenangkan GP Prancis, itu sungguh ajaib. Saya selalu memacu diri, berharap bisa memenangkan balapan atau naik podium. Namun hari ini juga tentang membuat pilihan untuk ban hujan," lanjutnya.
