Sebelum Dijual dan Ganti Pemilik, Ini Masalah SPBU Shell di Indonesia

SPBU Shell Modular
Sumber :
  • Dok: Shell Indonesia

VIVA – Sebelum bisnis (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) SPBU Shell dijual dan ganti pemilik, ada sejumlah masalah yang dialami perusahaan minyak kelahiran Inggris tersebut dalam menjalankan bisnisnya di RI.

ESDM ke SPBU Swasta: Mau Kosong sampai Akhir Tahun atau Sepakat dengan Pertamina?

Masalah tersebut adalah pendistibusian BBM (bahan bakar minyak) yang sempat langka di sejumlah wilayah, termasuk Jakarta. Produk Shell yang langka di SPBU didominas kategori bensin, yaitu Super dan V-Power.

SPBU Shell di Joglo Raya

Photo :
  • Jeffry Yanto Sudibyo

DPR Tantang Shell, Vivo dan BP Bangun SPBU di Papua: Kelangkaan BBM di Sana Puluhan Tahun!

Kelangkaan bahan bakar tersebut terjadi menjelang akhir 2024 sampai awal 2025. Beberapa SPBU Shell yang ditemui Viva Otomotif saat itu tidak memiliki stok Super dalam kurun waktu lebih daru dua pekan.

Alhasil konsumen yang masih menginginkan pengisian bahan bakar berlogo kerang itu diarahkan oleh petugas untuk mengisi V-Power. Namun sayangnya, ketersediaan BBM dengan kandungan RON 95 itu juga tidak lama.

ESDM Ungkap Nasib BBM yang Diimpor Pertamina Tapi Ditolak Vivo

Sehingga kelangakaan terjadi untuk Super dan V-Power di beberapa wilayah. Bahkan sempat ramai di media sosial, V-Power Diesel juga ikut kosong, sehingga ada SPBU yang hanya melayani servis, dan pembelian pelumas.

Setelah kekacuan tersebut, Presiden Direktur dan Country Chair Shell Indonesia, Ingrid Siburian menungkapkan biang kerok kelangkaan BBM-nya saat hadir dalam rapat dengan pendapatat bersama Komisi XII DPR RI, Februari 2025.

“Keterlambatan tersebut adalah karena adanya hambatan pada sisi supply atau rantai pasok. Tetapi hambatan tersebut memang merupakan kondisi yang di luar kendali kami,” ujarnya saat itu.

Ingrid menyebut bahwa semua produknya, mulai dari Super, V-Power, V-Power Nitro+, dan V-Power Diesel untuk kategori mesin solar kosong di sejumlah SPBU, dan kelangkaan itu terjadi secara merata, pada awal tahun ini.

Ternyata masalah tersebut terjadi akibat izin impor yang dikeluarkan pemerintah terkait, salah satunya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), terlalu molor dari yang sudah mereka ajukan.

"Neraca komoditas kami dapatkan pada tanggal 20 Januari 2025 dan persetujuan impor kami dapatkan di 23 Januari 2025. Akan tetapi, pada saat kami mendapatkan neraca komoditas tersebut, sekitar 25 persen dari SPBU kami sudah mengalami stock out untuk beberapa varian,” ucapnya saat itu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya