Marc Marquez Mengungkap Mimpi Buruk Ducati di MotoGP Jika Tidak ada Perubahan

Marc Marquez vs Fabio Quartararo di MotoGP Spanyol 2025
Sumber :
  • Crash.net

VIVA – Marc Marquez mengungkapkan mimpi buruk Ducati di MotoGP jika tidak melakukan perubahan, pada Demosedici GP25. Dia menilai motornya punya kelemahan sehingga bisa sulit mengejar Yamaha dan Honda..

Terpopuler: Pemesanan BYD Seagull, BPKB Elektronik

Kelemahan Desmosedici GP25 sangat dirasakan di MotoGP Inggris. Marc Marquez dengan jam terbang yang dimilikinya kesulitan mengejar Johann Zarco untuk merebut podium kedua dengan gap waktu lebih dari satu detik.

Sebelumnya jarak antara Marc dan pembalap LCR Honda itu lebih dari dua detik, namun pembalap Ducati Lenovo itu terus memberikan penekanan hingga jaraknya menjadi lebih dekat.

Valentino Rossi Bikin Marc Marquez Tidak Mendengarkan Ibunya agar Mengalah dari Alex Marquez

Tapi sayangnya detik-detik menjelang putaran akhir si semut Carvera itu seperti tidak ingin mengambil resiko, karena merasakan kelemahan motornya di bagian depan. Alhasil dia tetap bertahan di posisi ketiga.

Bahkan Franco Morbidelli dengan Ducati Desmosedici GP24 yang sempat ditinggal oleh Marc tiba-tiba memberikan perlawanan, dan mereka saling menyusul hingga garis finis.

Hengkangnya Jorge Martin Usai Disudutkan Aprilia

“Ban depan terasa sangat tidak enak. Saya bilan ‘ban’ tapi saya tidak mau menyalahkan Michelin. Dengan bagian depan, feelingnya seperti bencana,” ujar MM93, dikutip Crash.net, Jumat 30 Mei 2025.

Artinya kondisi motor dibagian depan memang tidak sempurna, sehingga untuk mengakalinya saat sesi latihan bebas dan kualifikasi, Marc memilih ban soft. Meskipun, pada akhirnya dia hanya menghuni peringkat keempat.

“Karena alasan itu, (Sabtu) kami menggunakan ban soft, dengan sebagian besar grid. (Minggu saat sprint race dan race) sebagian besar menggunakan ban medium,” tuturnya.

Alhasil ketika Marc bisa finis kedua saat sprint race dengan pilihan ban medium, hingga akhirnya settingan tersebut diterapkan saat balapan utama alias race.

“Kami tahu ban medium tidak bekerja dengan baik, tetapi bagi beberapa pembalap dan beberapa pabrikan, itu adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan balapan. Feeling itu bukan yang terbaik, tetapi kami menyelamatkan hari itu,” katanya.

Tapi nyatanya kondisi cuaca, suhu lintasan, angin, dan sebagainya membuat ban yang dipilih Marc tidak terlalu membantu. Bahkan dia sempat tergelincir saat pertama kali balapan digelar, walaupun sudah memimpin jalannya balapan.

Akhirnya saat diberikan nyawa kedua, di mana balapan diberhentikan dan dimulai dari ulang karena dianggap kondisi sirkuit tidak memungkinkan, terutama adanya tumpahan oli akibat kecelakaan Aleix Espargaro dan Franco Morbidelli.

Alhasil saat balapan kedua kembali dimulai sebanyak 19 lap Marc terlihat lebih berhati-hati. Walaupun sudah masuk tiga besar, namun pada tikungan ke-9 dia melebar, sedangkan rekan satu timnya, Francesco Bagnaia terjatuh.

“Saat saya melebar di tikungan 9, saya kembali, dan mendorong ban depan dan belakang terlalu keras. Pada putaran terakhir, mereka sudah selesai. Saya mencoba mengejar Johann Zarco tetapi melihat banyak risiko,” tegasnya.

Dengan kondisi tersebut Marc bertahan hingga podium ketiga, dan Fabio Quartararo yang menguasai jalannya balapan harus keluar lintasan setelah motornya bermasalah, dan Marco Bezzecchi mengambil alih hingga finis pertama.

Kondisi tersebut menjadi perhatian Ducati, sebab pabrikan asal Italia itu mulai tersaingi dengan pabrikan Jepang yang sudah menemukan solusi, pada motornya terutama Yamaha.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya