Ternyata Penyebab Kecelakaan Maut Bus dan Truk Bukan Cuma Rem Blong
- ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
Jakarta, VIVA – Kecelakaan yang melibatkan bus dan truk terus menjadi ancaman nyata di jalan raya Indonesia. Lantaran kerap memakan korban jiwa yang tidak sedikit.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkapkan, setidaknya ada empat penyebab utama yang kerap menjadi pemicu kecelakaan maut tersebut.
"Hampir setiap hari selalu ada berita bus dan truk yang mengalami kecelakaan, dan faktor utama penyebabnya selalu disebabkan oleh faktor manusia. Kecelakaan selalu diawali oleh adanya hazard (bahaya). Adanya hazard atau bahaya inilah yang kemudian meningkatkan risiko orang celaka saat berlalu lintas di jalan," ujar Plt Ketua Subkomite Lalu Lintas Angkutan Jalan KNKT, Ahmad Wildan, dikutip VIVA melalui keterangan resmi.
Wildan pun mengungkapkan ada beberapa alasan pemicu truk dan bus kerap menjadi penyebab kecelakaan maut.
"Paling sering itu kecelakaan diakibatkan oleh rem blong, yang selalu terjadi pada jalan menurun dan memiliki pola yang sama yaitu pengemudi menggunakan gigi tinggi saat melalui jalan menurun, melakukan pengereman berulang, sehingga mengakibatkan rem tidak berfungsi," katanya.
Bus ALS yang mengalami kecelakaan di Padang Panjang tewaskan 12 orang
- Antara Foto
Ia menambahkan, bahwa saat pengemudi memindahkan gigi di jalan menurun saat rem tidak berfungsi, bisa menyebabkan gigi masuk ke posisi netral dan berakhir dengan tabrakan hebat karena kecepatan kendaraan bisa mencapai 100 km/jam bahkan lebih karena melaju pada jalan menurun dalam posisi gigi netral.
"Kedua, kecelakaan rem blong yang dipicu rem tidak berfungsi karena mengalami malfunction pada sistem rem, hal ini disebabkan karena pengemudi tidak melakukan pemeriksaan kendaraan sebelum beroperasi (pre-trip inspection)," tutur Wildan.
Ketiga, kecelakaan masuk jurang atau terguling akibat pengemudi tidak memahami jalan yang disebabkan minimnya informasi terkait kondisi jalan dan lingkungannya.
Terakhir, kecelakaan yang disebabkan pengemudi mengalami microsleep. Hal itu dipicu akibat mengemudi lebih dari 12 jam tanpa istirahat atau mengemudi dalam kondisi sakit dan mengkonsumsi obat.