Mobil Listrik Neta di China Mau Bangkrut Tapi di Indonesia Masih Jualan, Kok Bisa?

Neta X
Sumber :
  • Neta Auto Indonesia

VIVA – Hozon New Energy Auto mendirikan Neta sejak 2014, dan baru berjalan 10 tahun mereka mengalami krisis, tepatnya pada pertengahan 2024. Walaupun nasibnya diujung tanduk, tapi di pasar Indonesia mereka masih berjualan.

Managing Director PT Neta Auto Indonesia, Zhu Wenbin, mengatakan, Neta masih berkomitmen dalam mengembangkan pasar kendaraan listrik di Tanah Air. Hingga saat ini tetap beroperasi secara normal dengan layanan dan purna jual yang terjamin.

"Kami juga terus menjalankan rencana ekspansi dengan menambah jaringan dealer baru di berbagai kota di Indonesia, yang menunjukkan komitmen kami dalam menghadirkan mobil listrik berkualitas bagi masyarakat. Hal ini sekaligus menegaskan eksistensi dan keseriusan Neta dalam membangun kehadiran jangka panjang di pasar otomotif Indonesia," ujar Zhu, dikutip dari keterangannya, Jumat 16 Mei 2025.

Hal ini ditunjukkan dengan operasional tetap berjalan normal dengan layanan dan ketersediaan purna jual terjamin, penawaran menarik untuk calon konsumen dan perluasan jangkauan pasar di berbagai wilayah Tanah Air.

Hingga saat ini, telah beroperasi dengan 10 jaringan dealer 3S (Sales, Service, Spare Part) NETA yang tersebar di berbagai kota dan seluruhnya diklaim tetap berjalan normal. Saat ini mereka menawarkan dua produk, yaitu Neta V-II, dan Neta X yang dirakit oleh PT Handal Indonesia Motor.

Di wilayah Jabodetabek, jaringan dealer NETA hadir di Tebet, Pos Pengumben, Pluit, dan Bekasi. Sementara itu, di luar Jabodetabek, NETA telah hadir di Bandung, Medan, Pekanbaru, Sukabumi, Makassar, dan Manado.

Sebelumnya menurut laporan Carnewschina, Neta Auto diketahui sudah menghentikan produksinya. Melakukan pemecatan atau PHK massal, dan startup itu berusaha keras mencari dana segar agar tetap bertahan.

Pada 10 Februari 2025, Neta sempat mengungkapkan rencana investasi baru dari pihak lain, yaitu sebesar 4 miliar yuan atau setara Rp9 triliun, namun sayangnya gagal.

Sementara investor utama, yang didukung dari dana negara berkembang BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok dan Afrika Selatan) sempat menjanjikan 3 miliar yuan, atau setara Rp6 triliunan. Tapi uang segar itu tergantung pada kembalinya produksi dan pengamanan investasi.

Artinya tidak terwujud jika berkaca dari komitmen tersebut. Karena pabrik Neta di Tongxiang walaupun sempat dibuka kembai pada awal Januari 2025, produksi tidak pernah dilanjutkan karena kekurangan suku cadang.

Kegagalan tersebut membuat investor menarik diri, dan membatalkan kesepakatan. Secara finansial, Neta telah membukukan kerugian kumulatif sebesar 18,3 miliar yuan, atau setara Rp42,1 triliun selama tiga tahun.

Selain itu Neta atau Hozon berutang kepada pemasok sebesar 6 miliar yuan, atau setara Rp13,8 triliun. Perusahaan mengusulkan untuk mengubah 70 persen utang pemasok menjadi ekuitas dan membayar sisanya secara mencicil, dengan peringatan bahwa perusahaan dapat gagal bayar upah dan asuransi sosial tanpa modal baru.

Ratusan Mobil Listrik MG Jajal Sirkuit E-Prix Ancol