Pemerintah Minta Pabrikan Jepang Tidak Naikkan Harga Mobil
- VIVA/Yunisa Herawati
Osaka, VIVA – Harga mobil di Indonesia terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, seiring naiknya harga bahan baku dan tekanan biaya logistik global. Kondisi ini makin membebani konsumen di tengah daya beli yang belum sepenuhnya pulih pascapandemi.
Pemerintah menyadari dampak dari tren kenaikan harga tersebut terhadap pasar otomotif nasional. Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian mengambil langkah proaktif dengan menyampaikan permintaan langsung kepada prinsipal otomotif asal Jepang.
Dalam pertemuan dengan pimpinan Toyota, Suzuki, dan Daihatsu di Osaka, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita meminta agar mereka tidak menaikkan harga jual kendaraan di Indonesia. Permintaan itu dilontarkan di tengah ketidakpastian ekonomi global yang berpotensi mengganggu stabilitas industri otomotif nasional.
“Maka itu, saya secara khusus meminta agar tidak ada kenaikan harga mobil dan tidak ada PHK di Indonesia,” ujar Menperin melalui keterangan resmi, dikutip VIVA Otomotif Senin 14 Juli 2025. Ia menegaskan pentingnya menjaga keseimbangan antara keberlangsungan bisnis dan perlindungan konsumen.
Menperin menilai bahwa kebijakan harga yang stabil sangat penting untuk menjaga daya beli masyarakat. Jika harga mobil naik tajam, dikhawatirkan permintaan bisa turun drastis dan memicu efek domino ke sektor industri lain.
Selain itu, pemerintah juga meminta komitmen agar tidak ada pemutusan hubungan kerja (PHK) di tengah tekanan biaya produksi. Industri otomotif merupakan penyerap tenaga kerja besar yang vital bagi perekonomian nasional.
Permintaan tersebut disambut positif oleh para prinsipal. Mereka memahami keprihatinan pemerintah Indonesia dan menyatakan kesiapan untuk menjaga harga tetap stabil di pasar domestik.
“Komitmen mereka kami apresiasi. Ini adalah langkah konkret dalam mendukung stabilitas industri otomotif di Indonesia,” tuturnya.
Data Kementerian Perindustrian mencatat, sektor kendaraan roda empat di Indonesia melibatkan 32 pabrikan dengan kapasitas produksi 2,35 juta unit per tahun. Industri ini menyerap lebih dari 69 ribu tenaga kerja dan menjadi salah satu penyumbang investasi terbesar.
