Bongkar Alasan Perempuan Sering Bikin Kesalahan Saat Berkendara
- Pexels
Jakarta, VIVA – Banyak orang beranggapan bahwa perempuan lebih sering melakukan kesalahan saat berkendara di jalan raya, seperti salah masuk jalur, tiba-tiba mengerem mendadak tanpa alasan jelas, hingga salah memberikan sinyal lampu sein.
Digit Megandari, Trainer Safety & Defensive Riding by IAABL menyampaikan bahwa hal tersebut bukan semata karena kurangnya keterampilan, tetapi lebih kepada minimnya edukasi mengenai teknik berkendara yang aman.
"Berkendara itu sebenarnya kan memang ada tekniknya, kebanyakan perempuan seperti Ibu-ibu gitu ya, kurang banyak training berkendara yang aman itu seperti apa. Jadi memang masih banyak yang perlu edukasi terkait hal ini," ujarnya, dikutip VIVA dalam acara Astra Media Workshop Menjadi Perempuan Bermakna di Jakarta.
Ilustrasi berkendara motor.
- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
Lebih lanjut, Digit pun menjelaskan bahwa dalam berkendara sepeda motor, ada standar posisi yang benar dan pengendara juga perlu memahami teknik berkendara yang tepat, terutama ketika berada di jalan umum yang dipenuhi kendaraan besar.
Ilustrasi berkendara saat angin kencang
- Motorcycle
Salah satu kesalahan umum yang kerap dilakukan oleh perempuan adalah tidak mengetahui teknik menikung atau menyalip dengan benar.
"Sebelum menyalip atau berbelok harus menyalakan lampu sein terlebih dahulu setidaknya tiga detik sebelumnya, kemudian membunyikan klakson sebelum akhirnya bergerak. Selain itu, penting untuk memperhitungkan kondisi jalan, apakah aman atau tidak sebelum melakukan manuver," jelasnya.
Ia juga menyoroti bahwa banyak kecelakaan terjadi karena pengendara kurang memahami risiko di jalan, seperti menyalip kendaraan besar tanpa menyadari adanya blind spot.
"Ada kejadian di Karawang, seseorang hampir mengalami kecelakaan karena mencoba menyalip bus, padahal tempat kerjanya sudah dekat. Berbeda dengan motor yang lebih mudah terlihat, bus memiliki blind spot yang membuat bagian depan tidak selalu terlihat oleh pengendara lain," tuturnya.
Selain itu, salah satu faktor utama kurangnya kesadaran akan keselamatan adalah karena banyak pengendara yang hanya memiliki SIM sebagai bukti legalitas tanpa benar-benar memahami kompetensi berkendara yang baik.
"Kalaupun punya SIM ya hanya hitam di atas putih. Secara kompetensi tidak. Di UU Lalu Lintas yang boleh berkendara adalah mereka yang memiliki lisensi, tapi apakah mereka benar-benar paham cara berkendara yang aman?" tambahnya.
Digit juga mengingatkan bahwa berkendara memiliki risiko tinggi, baik dari segi kecelakaan fatal maupun menyebabkan disabilitas.
Oleh karena itu, ia menegaskan pentingnya pelatihan dan edukasi keselamatan berkendara bagi semua pengendara, termasuk perempuan.