Bullying si 'Pembunuh'

Bullying pada anak.
Sumber :
  • U-Report

Hingga akhir hayatnya, sepeda itu masih dalam keadaan baik. Sepeda itu biasanya digunakan korban untuk berolahraga ataupun bermain bersama teman-temannya.

Operasi SAR Ponpes Al Khoziny Ditutup: Total Korban Meninggal 67 Orang, 104 Selamat

Dalam keluarga, YSS dikenal sebagai siswa berprestasi dan selalu mendapat juara di kelas sejak masih SD hingga kelas 1 SMP. Tak hanya juara, korban juga pernah mengikuti olimpiade matematika dan IPA, saat kelas 5 SD hingga ke tingkat Provinsi NTT. Namun, setahun ini prestasi YSS agak menurun sejak kelas 2 SMP.

Psikolog anak, Sani Budiantini Hermawan menilai, korban bunuh diri lantaran kondisi lingkungan tidak sehat, dengan latar belakang keluarga yang punya traumatis terhadap ayah. Jadi, anak ini berada pada lingkungan tidak sehat, sehingga membangun mental yang tidak sehat juga. “Jadi, penanggulangan emosi, penanggulangan kejiwaan tidak berhasil,” ujarnya, saat dihubungi VIVAnews, Jumat 18 Oktober 2019.

Detik-detik Petani Ditembak Mati Saat Bonceng Istri di Ogan Komering Ilir, Alasan Pelaku Ternyata...

Seharusnya, menurut Sani, anak dengan latar belakang seperti itu perlu pendampingan. Namun, lantaran gagal, maka menjadi pribadi yang memiliki gangguan secara mental juga, sehingga dia mengakhiri hidupnya. “Menurut saya, sudah mengalami tekanan-tekanan yang dia tidak bisa salurkan,”  katanya.

Ilustrasi bullying

Kapolsek Kediri Diduga Aniaya Brigadir Nurul Buntut Telat Pengamanan MotoGp, Disiram Tuak Hingga Dipukul

Soal dugaan korban mengalami bullying atau perundungan, lantaran dia diolok-olok sebagai keturunan pembunuh, Sani mengemukakan, dalam kasus ini lebih kental terkait latar belakang ayahnya sendiri yang dipenjara, karena membunuh ibunya.

Menurut dia, bullying bisa menambah anak menjadi stres dan tertekan. “Tetapi, kalau dialami anak, misalnya ada sistem keluarga yang lebih baik, mungkin perundungan tidak menjadi pemicu gitu,” ujar Sani.

Untuk antisipasi agar tak terjadi perundungan, hal terpenting dari pihak sekolah harus mensosialisasikan bahwa perundungan itu dilarang, karena berakibat negatif. Guru juga harus memantau siswa-siswanya, membuka waktu ketika anak mengalami sesuatu.

“Silakan untuk terbuka terhadap gurunya. Bagaimana anak bisa curhat. Keluarga juga harus membangun sistem komunikasi terbuka. Supaya, anak bisa percaya sama orangtua,” kata Sani.

Kasus Bullying Mendominasi

Berdasarkan kpai.go.id yang dikutip VIVAnews, Jumat, 18 Oktober 2019, dari hasil pengawasan kasus pelanggaran hak anak dalam bidang pendidikan selama 2019, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan, dalam kurun waktu Januari hingga April 2019, didominasi bullying kekerasan fisik, kekerasan psikis, dan kekerasan seksual.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya