Menanti Dampak KAA 2015 bagi Dunia
- ANTARA/Hafidz Mubarak
Tiga Dokumen KAA
Pekan KAA dimulai pada Minggu, 19 April 2015 di gedung Jakarta Convention Centre (JCC). Saat itu, para pejabat tinggi setingkat direktur jenderal berkumpul untuk merampungkan sisa 10 persen tiga dokumen KAA.
Tiga dokumen itu sebelumnya telah dibahas di masing-masing perwakilan negara untuk PBB di New York, Amerika Serikat. Ketiga dokumen tersebut terdiri atas Pesan Bandung 2015, kemitraan strategis baru Asia-Afrika (NAASP), dan deklarasi terhadap perjuangan rakyat Palestina.
Menteri Luar Negeri RI, Retno L.P Marsudi, menjelaskan, Pesan Bandung 2015 berisi komitmen negara-negara di kawasan Asia dan Afrika terhadap solidaritas dunia, pertumbuhan ekonomi, dan hubungan sosial kultural. Dokumen NAASP berisi rencana untuk mengimplementasikan Pesan Bandung.
Dengan adanya dokumen NAASP, maka kerja sama di antara negara Asia-Afrika menjadi lebih fokus, terstruktur, sistematis, dan intensif. Sementara itu, dokumen deklarasi Palestina berisi dukungan penuh negara peserta KAA terhadap perjuangan Palestina yang belum merdeka sepenuhnya.
Namun, baru memasuki hari pertama, pertemuan KAA berjalan alot. Pembahasan yang diprediksi selesai pukul 18.00, tiba-tiba molor hingga pukul 23.00 WIB. Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri RI, Yuri O. Thamrin, sempat keluar dari ruang sidang di Assembly Hall untuk menghirup udara segar di jeda break.
Penyebab alotnya pembahasan dokumen KAA di ruang sidang, karena negara anggota khususnya dari kawasan Afrika tidak sepakat mengenai isu reformasi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) yang tertulis di dalam dokumen NAASP.
"Mereka minta jangan selektif, tetapi memilih bahasa yang tidak bertentangan dengan posisi semua orang. Jadi, digunakan bahasa yang umum dan bisa mengakomodasi posisi-posisi yang berbeda. Itu tantangannya," kata mantan Duta Besar RI untuk Kerajaan Inggris itu.
Muncul informasi yang beredar bahwa beberapa negara di kawasan Afrika menuntut diberikan jatah kursi di DK PBB. Sebab, di organisasi itu, belum ada perwakilan dari kawasan Afrika.
Wakil Tetap Indonesia di PBB, Desra Percaya yang ditemui di Jakarta Convention Centre, mengatakan sudah ada kesepakatan bahwa perwakilan dari kawasan Asia Afrika harus lebih banyak lagi. Desra menambahkan, Indonesia pun setuju dengan adanya perluasan anggota DK PBB.
"Di sisi lain, DK PBB dituntut untuk lebih demokratis dan sistem veto yang harus dihapuskan. Tetapi, itu merupakan situasi yang kemungkinan besar sulit terjadi, karena prosesnya sulit dan telah dikunci oleh DK PBB agar tidak terjadi," kata Desra.
Namun, dokumen tersebut bisa rampung, setelah semua perwakilan negara Asia-Afrika sepakat untuk mengadopsi dokumen yang telah diketuk palu di New York. Desra enggan merinci kalimat detail yang ada di dalam dokumen sebelum didebatkan di Jakarta.
"Intinya, di paragraf keempat berisi adanya keperluan menekankan kembali multilateralisme, merevitalisasi Majelis Umum PBB, reformasi DK PBB, dan kesepakatan mengenai perwakilan Asia-Afrika harus ditambah," kata dia.
Sementara itu, dokumen deklarasi terhadap perjuangan rakyat Palestina dan Pesan Bandung 2015 mulus disetujui oleh 107 negara perwakilan Asia-Afrika.
"Dukungan terhadap Palestina itu kan besar, sehingga lebih mudah untuk menyepakati dokumennya. Kami mengutuk serangan Israel dan ingin ada proses rekonstruksi dibantu dan janji itu dilaksanakan," ujar Yuri.
Seluruh perwakilan Asia-Afrika juga sepakat untuk mendukung dan berharap Palestina segera menjadi anggota PBB. Total untuk dokumen NAASP terdiri atas 32 butir yang tertulis dalam 8 lembar dokumen.
Dokumen deklarasi perjuangan terhadap warga Palestina terdiri atas 15 butir. Sementara itu, dokumen Pesan Bandung 2015 terdiri atas 41 poin.