- VIVA.co.id/Purna Karyanto
Jadi semua orang kayak masuk-masukin apa yang dia suka saja di setiap lagu, sampai akhirnya begitu lagunya ini sudah jadi, si Ayi dengerin lagi. Ternyata ini di luar dugaan dia, enggak nyangka lagunya bisa sekaya ini.
Proses kreatif yang demikian itu untuk semua lagu di album ini?
Dochi dan Sansan:Â
Iya, semua lagu. Tapi ada beberapa yang memang sudah pernah kita rekam sebelumnya. Cuma begitu kita masuk studio lagi jadi ada part-part yang tadinya enggak ada jadi ada.Â
Di album ini kalian menggandeng major label. Apa pertimbangannya?
Dochi:Â
Pertimbangannya kita butuh katalis lagi sih, biar bisa muncul lagi. Kita kan terakhir rilis kan 2010, terus kita enggak ingin bikin rilisan yang ya akhirnya cuma jadi gitu saja, kesebar dimana-mana cuma enggak ada yang promo, enggak ada yang manage dengan baik.
Akhirnya kita ketemuan sama Universal, karena sebelumnya setiap kita ikut festival di luar pasti kita ngobrol-ngobrol sama orang label juga ternyata orang Universal. Akhirnya kenalan sama orang Universal Indonesia, ngobrol, ditraktir makan, senang, terus ya sudah akhirnya karena cocok, akhirnya kita putuskan untuk menggaet Universal.Â
Salah satu lagu dalam album ini yang paling sering dipromosikan di media sosial adalah Kertas dan Pena. Kenapa?Â
Ayi dan Sansan:
Itu lagu terakhir yang kita rekam, pas sudah tiga setengah tahun baru dapat lagu itu. Musiknya si Ayi, liriknya Dochi yang bikin. Terus pas kita ketemu label, bikin jadi band single. Kita suka lagunya. Itu juga lagu yang belum pernah dirilis, belum pernah kita bawain manggung dimana-mana, belum pernah bocor, belum pernah ada yang dengar, benar-benar fresh. Â Â
Isi lagunya tentang apa?
Dochi: Â
Lagu Kertas dan Pena itu sebenarnya penulisan liriknya setelah kita detik-detik lagi mau sign sama Universal. Dari situ jadi kebayang, kan itu kontrak kan, berarti kan ngomongin ada kertas ada pena. Itu kalau mau kita mulai kita tanda tangan, kita ngakhirinnya juga tanda tangan.