Meredam Teror
- VIVAnews/Fajar Sodiq
Tak cuma itu, puluhan orang yang terindikasi akan berbuat teror juga berhasil digulung oleh aparat. Daftarnya pun tidak sedikit.
Terlepas dari sisi persepsi ‘buruk’ sebagian orang terkait penangkapan para terduga teroris oleh Densus 88 Antiteror, saat ini Indonesia relatif terkendali dibanding negara lain di dunia yang kelabakan ketika bom meledak, dan memakan korban jiwa yang tidak sedikit dan berulang.
Atas itu, wajar kemudian jika ada anggapan bahwa pelaku teror di Indonesia kini mulai frustrasi untuk bergerak. Indikasinya, seperti yang dipaparkan pengamat terorisme Indonesia yang juga mantan instruktur bom Jemaah Islamiyah Wakalah Jawa Timur, Ali Fauzi Manzi, yakni adanya kecerobohan para kelompok teroris.
"Polisi kini sangat mudah melacak dan aksi teror berhasil dicegah," kata adik kandung dari bomber Bali tersebut.
Lalu, apa tindakan konkret yang bisa dilakukan militer dan pemerintah saat ini untuk membendung aksi terorisme di Indonesia yang seolah seperti jamur di musim hujan? Hingga kini secara kebijakan, Rancangan Undang Undang Terorisme masih terus dalam penggodokan masif DPR.
FOTO: Tim Densus 88 melakukan penangkapan terhadap terduga teroris
Rencananya, UU baru ini akan lebih memberikan gerak dan ruang untuk memberantas beragam tindakan terorisme di Indonesia. Meski masih dalam debat pro dan kontra, kini ada langkah yang lebih maju yakni telah terbentuknya komitmen bersama seluruh penegak hukum yang digawangi oleh Badan Intelijen Negara (BIN) bersama seluruh lembaga penegak hukum soal terorisme.
Dan kemudian penguatan program deradikalisasi kepada seluruh orang yang pernah terlibat aksi teror. Lalu terakhir, langkah di luar kebijakan yakni membuat pagar awal dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat, bahwa aksi teror adalah tindakan merugikan dan patut dikecam.
"Yang paling penting bagaimana mengimunisasi warga masyarakat (yang rawan) dari ideologi radikal agar mereka kebal," kata Kapolri Jenderal Tito Karnavian beberapa waktu lalu.
Lalu cukupkah ini? Jelas ini menjadi tantangan besar seluruh orang di Indonesia. "Yang terpenting untuk mencegah terjadinya aksi teroris adalah dengan memastikan konflik antaragama tidak terjadi lagi di Indonesia," kata pengamat terorisme yang juga Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) Sidney Jones beberapa waktu lalu.
