Banyak Tantangan Bawa Genre Laga-Drama, BELIEVE Buktikan Sukses Tembus Setengah Juta Penonton

Adegan di film Believe
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Film laga drama terbesar tahun 2025 Believe – Takdir, Mimpi, Keberanian berhasil menembus 500.268 penonton pada Rabu, 30 Juli 2025. Bukan sekadar angka, ini menjadi bukti bahwa penonton Indonesia rindu akan film lokal yang menyuguhkan pengalaman sinematik berkualitas tinggi, emosional, dan penuh keberanian secara produksi.

Nadin Amizah VS Netizen: Polemik Penggunaan 'Bertaut' untuk Judul Film

Setelah tayang untuk umum pada 24 Juli lalu, banyak penonton mengaku terkejut, bukan hanya karena ceritanya menyentuh, tapi juga karena kualitas produksinya yang disebut jarang ditemukan di film Indonesia.

Film debut rumah produksi Bahagia Tanpa Drama ini memang menjadi sebuah proyek penuh tantangan. Bukan hanya karena teknis produksi yang rumit, tapi juga karena Believe harus bisa meyakinkan pecinta film Indonesia untuk menyelami genre yang jarang digarap sineas lokal: laga-drama berlatar perang.

7 Aktor Korea yang Pernah Beradegan Panas di Drama dan Film 18+, Bikin Kebayang Terus!

“Dari awal kita sudah tahu ini tidak akan mudah, tapi saya bicara dengan seluruh tim produksi, dan semua berkomitmen untuk memberikan usaha terbaik mereka untuk film ini,” ungkap Celerina Judisari, sang produser, dalam keterangannya, dikutip Kamis 31 Juli 2025.

Siap Jadi Penggerak Genre Laga drama

4 Alasan Fantastic Four: First Steps Jadi Penyelamat Marvel di Box Office

Dalam sejumlah konferensi pers sepanjang roadshow film Believe, Celerina yang akrab disapa Ayie mengatakan bahwa harapannya adalah agar film ini bisa diterima dengan baik oleh penonton, sehingga bisa mendorong lebih banyak film maker Indonesia membuat film bertema laga atau perang.

“Kalau Believe ini laku, kan teman-teman industri film yang lain juga melihat ternyata ada peluang di genre ini. Investor film juga akan lebih berani investasi di film laga drama perang. Kita coba yakinkan, Indonesia punya tim produksi yang hebat yang bisa bikin film perang berkualitas,” ujarnya.

Para pemeran film Believe menambahkan bahwa bagi mereka, film ini membuka peluang dan tantangan baru dalam karir.

Pemeran utama, Ajil Ditto, dikenal sebagai aktor yang banyak membintangi film drama dan komedi. Film Believe menjadi pengalaman pertamanya dalam genre laga, dan menuntutnya untuk keluar dari zona nyaman.

“Saya sangat bersyukur bisa terlibat dalam film ini, karena dari dulu saya bermimpi bisa bermain dalam film laga. Kalau ditanya capek, ya capek banget. Harus hafal koreografi duel, latihan fisik seperti prajurit, tapi itu semua pengalaman yang gak akan pernah saya lupakan,” kata Ajil.

Meski sudah dikenal sebagai aktor drama komedi, Ajil mengaku tidak akan berpikir dua kali jika ditawari kembali bermain dalam film laga.

“Semoga makin banyak deh film-film seperti ini. Saya pasti mau,” ujarnya.

Sejumlah aktor lainnya seperti Wafda Saifan dan Khael Bogota juga menyimpan harapan yang sama, agar Indonesia memiliki lebih banyak film bertema sejarah dan perang yang dibalut cerita humanis.

Industri perfilman Indonesia saat ini sedang dalam kondisi puncak dengan tingginya jumlah penonton di tahun 2025. Namun, variasi genre film dalam negeri masih banyak berkutat di genre populer seperti horor dan drama komedi.

Film Believe – Takdir, Mimpi, Keberanian seakan menjadi oase bagi pecinta film yang mencari variasi lain—yang tidak hanya memuaskan penonton, tapi juga menantang sineas Indonesia untuk keluar dari zona nyaman, mendobrak arus utama, dan membuka ruang bagi lebih banyak cerita yang layak diapresiasi.

Tanggapan Penonton

Peserta nonton bersama film Believe di Yogyakarta pada 28 Juli lalu menilai cerita film ini di luar ekspektasi mereka.

“Sudut pengambilan gambar saat perang sangat beda dari film perang Indonesia biasanya. Semoga bisa dipertahankan untuk film selanjutnya atau ditingkatkan seperti film Hollywood,” komentar salah satu penonton, Budi Yuswinanto, dikutip Kamis 31 Juli 2025.

Maulidin, salah satu penonton lainnya, memuji ketelitian para sineas saat menggarap cerita yang terinspirasi kisah nyata berlatar sejarah.

“Visual efek cukup bagus dan tidak seperti film Indonesia pada umumnya. Detil film benar-benar diperhatikan, dengan konsep zaman dulu. Film ini juga sarat mengandung pesan moral yang dalam," kata Maulidin.

Ia juga menyoroti performa para pemeran yang menurutnya akan menjadi potensi besar bagi industri perfilman Indonesia.

“Memunculkan karakter baru dalam dunia perfilman di Indonesia membuat penonton tidak bosan," pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya