Konflik Konser Maher Zain di Indonesia, DNA Ambil Jalur Hukum
- ist
VIVA – PT Digital Network Aestetik (DNA) secara resmi mengajukan gugatan hukum terhadap label musik internasional Awakening Music yang berbasis di Inggris. Label yang dikenal luas berkat artis-artis Muslim ternama seperti Maher Zain, Raef, dan Harris J itu dituding telah melakukan pelanggaran etika, bersikap tidak profesional, dan mengingkari komitmen kerja sama yang telah terjalin selama lebih dari satu dekade.
Kemitraan strategis antara DNA dan Awakening Music dimulai sejak tahun 2010, menciptakan sejumlah konser spektakuler di Indonesia serta turut mempopulerkan musik dakwah kepada masyarakat luas. DNA juga terlibat dalam pembuatan konten seperti film Insya Allah Ada Jalan, Journey of Backpackers, dan kolaborasi dengan Singapore Tourism Board.
“Setiap tahun kami selalu memikirkan cara untuk menjaga nama Maher Zain tetap bersinar,” ungkap CEO DNA, Rina Novita, dalam konferensi pers di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan pada Selasa, 1 Juli 2025.
Namun, hubungan baik yang telah berlangsung selama lebih dari 14 tahun itu mulai terguncang sejak awal 2023. Permasalahan mencuat ketika Awakening Music meminta Maher Zain tampil di perayaan 100 Tahun Nahdlatul Ulama (NU) yang digelar di Sidoarjo, 7 Februari 2023. DNA mengaku telah menindaklanjuti permintaan tersebut dengan melakukan koordinasi intensif dengan panitia pusat acara, pejabat pemerintah, dan berbagai pihak terkait.
Semua pihak menyambut baik kehadiran Maher Zain dalam acara tersebut. Namun, secara tiba-tiba Awakening Music menyatakan bahwa Maher Zain tidak dapat hadir karena sakit, tanpa memberikan bukti medis apapun. Hal ini menimbulkan kesulitan besar bagi DNA dalam memberikan klarifikasi kepada panitia dan masyarakat.
Kecurigaan muncul ketika Maher Zain justru tampil sehat dan aktif di media sosial pada 8 Februari 2023, sehari setelah acara NU, menyerukan bantuan untuk korban gempa di Turki. Padahal sehari sebelumnya ia dikabarkan sakit dan tidak dapat hadir di Indonesia.
“Maher Zain muncul dengan sehat, semua marah sama saya, saya dituduh ambil DP. Sakit hati banget,” ungkap Rina dengan nada emosional.
DNA pun menghadapi tekanan dan krisis kepercayaan dari mitra strategis, yang berujung pada kerugian reputasi dan potensi bisnis. Upaya pemulihan dilakukan dengan merancang konser baru untuk Agustus 2024, namun kembali menemui hambatan karena EO dan investor yang dianggap tidak profesional.
Ketika investor baru telah siap, Awakening Music justru tidak memberikan kepastian jadwal untuk konser Maher Zain di tahun 2025. DNA mengaku telah mencoba berkomunikasi secara intens, bahkan menawarkan pertemuan di Istanbul, namun Awakening tetap bungkam. Puluhan pesan tak dibalas, bahkan permintaan maaf dari Rina pun diabaikan oleh pihak Awakening, termasuk sang pendiri, Sharif Banna.
Puncak kekecewaan terjadi saat Awakening Music secara diam-diam membawa Maher Zain ke Indonesia untuk tampil dalam acara BSI di JHCC pada 28 Juni 2025. Konser ini digelar tanpa sepengetahuan DNA dan tanpa adanya pemutusan kerja sama secara resmi.
“Saya ada bukti kerja sama seperti rekening dan nama saya tertulis di buku Awakening Music,” tegas Rina.
Atas serangkaian insiden ini, DNA akhirnya mengambil langkah hukum sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kerugian materiil dan imateriil yang mereka alami. Kuasa hukum DNA, Hamzah Fansyuri, menegaskan bahwa Maher Zain seharusnya bersifat eksklusif dengan DNA di Indonesia.
“Awakening Music memainkan suasana, memboikot komunikasi dengan Bu Rina. Ini bukan hanya kerugian materiil, tapi juga reputasi DNA yang dipertaruhkan,” kata Hamzah.
Sebagai bagian dari langkah hukum, DNA juga mengimbau seluruh promotor, EO, dan penyelenggara acara di Indonesia untuk tidak menjalin kerja sama dengan artis di bawah naungan Awakening Music selama proses hukum berlangsung. Hal ini untuk menghindari keterlibatan dalam kontrak bermasalah yang dapat berdampak hukum di kemudian hari.
Rina menegaskan bahwa keputusan menggugat Awakening Music bukanlah langkah emosional, melainkan bentuk tanggung jawab terhadap integritas kerja, syiar Islam, dan profesionalisme dalam industri hiburan Islami.
“DNA berkomitmen untuk terus menjaga kredibilitas industri hiburan Islami yang bermartabat dan profesional,” pungkasnya.