Kemenpora Dorong Desa Wisata Olahraga, Kulon Progo Jadi Contoh Nyata

Raden Isnanta
Sumber :
  • istimewa

VIVA – Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) melalui Deputi Pengembangan Industri Olahraga terus mendorong tumbuhnya desa wisata olahraga sebagai salah satu potensi ekonomi baru masyarakat. 

Besarnya Potensi Industri Olahraga di Yogya Terungkap di Forum Kemitraan Kemenpora

Bukan hanya olahraga tradisional, melainkan juga olahraga modern yang berbasis pada kekuatan alam dan fasilitas olahraga di desa tersebut.

Hal ini diwujudkan dalam rapat koordinasi bertajuk “Potensi Ekonomi Event Olahraga dalam Mendukung Desa Wisata Olahraga” yang digelar di Kulon Progo, Yogyakarta, pada 3–5 Agustus 2025.

Ririn Ekawati Ngaku Ketularan Virus dari Ibnu Jamil, Anehnya Jadi Makin Bugar dan Awet Muda

Deputi Bidang Pengembangan Industri Olahraga Kemenpora, Raden Isnanta, menegaskan bahwa olahraga bisa menjadi pintu masuk bagi sebuah desa untuk dikenal lebih luas. Ia menyebut, fasilitas olahraga yang lengkap bisa menciptakan magnet tersendiri sehingga menarik wisatawan dari luar daerah.

“Desa dengan jalur gowes yang asyik, trek joging nuansa alam, hingga fasilitas kolam renang dan GOR bisa menjadi daya tarik besar. Itu semua berpotensi menjadikan desa sebagai destinasi wisata olahraga modern,” ujar Isnanta.

Permenpora 14/2024 Disorot, Atlet Harap Peran KONI Tetap Kuat

Beberapa desa di Kulon Progo sudah mulai menunjukkan potensi tersebut. Misalnya, Desa Banjararum yang memiliki kolam renang, GOR bulu tangkis, hingga wisata arung jeram. Fasilitas ini membuat desa tersebut semakin ramai dikunjungi wisatawan, terutama pada akhir pekan.

Contoh lain adalah Desa Girimulyo yang menawarkan pengalaman berbeda dengan jalur joging bernuansa alam, rute gowes menantang, serta jalur offroad yang dikenal dengan nama Jalur Khayangan. Kondisi ini membuka peluang besar untuk dikembangkan menjadi desa wisata olahraga dengan daya tarik yang khas.

Menurut Isnanta, keberadaan fasilitas tersebut bukan hanya untuk olahraga, tapi juga bisa menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat desa. Mulai dari penyediaan jasa transportasi, kuliner lokal, hingga penginapan bisa ikut bergerak. Potensi pemasukan diperkirakan cukup signifikan, meski perhitungannya masih akan dipetakan lebih lanjut.

“Jika ini dikelola dengan baik, desa wisata olahraga bisa menghadirkan lapangan pekerjaan baru. Semua pihak akan merasakan manfaatnya, dari warga desa hingga pelaku usaha kecil,” tambah Isnanta.

Rapat koordinasi ini juga menghadirkan diskusi bersama berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah daerah, komunitas olahraga, hingga pelaku usaha pariwisata di Yogyakarta.

Diskusi ini membahas strategi konkret untuk memajukan desa wisata olahraga dengan pendekatan yang berkelanjutan.

Kemenpora berkomitmen untuk mendampingi desa-desa yang serius mengembangkan konsep ini. Pendampingan meliputi pelatihan manajemen event, promosi digital, hingga kolaborasi dengan sektor swasta agar pengembangan desa wisata olahraga tidak berhenti di wacana.

Isnanta menegaskan, tantangan terbesar saat ini adalah menyatukan visi dari berbagai pihak. 

“Tidak bisa hanya mengandalkan Kemenpora. Harus ada sinergi pemerintah daerah, komunitas, dan tentu saja masyarakat desa. Kalau semuanya kompak, desa wisata olahraga akan jadi sektor ekonomi baru yang menjanjikan,” tegasnya.

Dengan Kulon Progo sebagai salah satu contoh nyata, program desa wisata olahraga ini diharapkan mampu berkembang ke daerah lain di Indonesia. Ke depan, desa-desa dengan potensi alam luar biasa dan fasilitas olahraga modern bisa menjadi magnet baru wisatawan, sekaligus membuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi lokal.

Lebih lanjut, Isnanta memaparkan bahwa wisata olahraga merupajan sebuah langkah strategis untuk mengangkat perekonomian.

Kalkulasi minimal saja, kata Isnanta. Contohnya di desa setiap orang berolahraga: lari, jalan, sepeda, atau bermain air di sungai, itu bisa membelanjakan misalnya 200 ribu untuk makanan dan minuman serta lainnya. 

"Kemudian, dari 200 ribu itu, misalkan di kabupaten kota itu ada 100 orang saja minimal maka bisa diperkirakan menghabiskan 20 juta. Itu baru satu desa. Di desa, nilai itu bisa memberikan kesejahteraan. 


"Kalau sacara nasional untuk mendongkrak PDBP. Misalnya 1 kabupaten kota itu satu desa saja memiliki wisata olahraga dikalikan 500 kab/kota yang ada di indonesia maka bisa memutar 10 miliar. Artinya cukup strategis untuk menjadi instrumen pengangkat ekonomi desa lewat olahraga,"pungkasnya

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya