Pemain Lokal Disuruh Abroad, Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia Malah Mudik
- VIVA.co.id/M Ali Wafa
VIVA – Ada fenomena unik dalam pergerakan pemain sepakbola Indonesia belakangan ini. Di satu sisi, para pemain lokal didorong untuk berkarier di luar negeri demi mengasah mental dan kualitas. Namun, di sisi lain, sejumlah pemain naturalisasi justru memilih mudik dan bermain di kompetisi domestik.
Nama-nama pemain muda lokal seperti Marselino Ferdinan (Oxford United), Pratama Arhan (Bangkok United, Thailand), Asnawi Mangkualam (Port FC, Thailand), hingga Ramadhan Sananta (DPMM FC), adalah contoh bagaimana talenta asli Indonesia diharapkan agar bisa mencicipi persaingan sepakbola internasional.
Seruan agar pemain lokal abroad ini sejatinya bagian dari harapan meningkatkan kualitas Timnas Indonesia. Dengan bermain di luar negeri, mereka diharapkan punya pengalaman berbeda, mentalitas lebih kuat, serta wawasan taktik yang lebih luas.
Namun, tren sebaliknya terjadi pada para pemain diaspora dan naturalisasi. Bukannya bertahan atau meniti karier lebih panjang di luar negeri, mereka justru memilih pulang kampung.
Setelah Jens Raven resmi berseragam Bali United, Rafael Struick bergabung ke Dewa United, dan Jordi Amat memperkuat Persija Jakarta, kini giliran Thom Haye serta Eliano Reijnders yang resmi diperkenalkan Persib Bandung untuk Liga 1 musim 2025/2026.
Dengan begitu, sudah ada lima pemain diaspora yang mudik ke kompetisi lokal pada musim ini. Persib bahkan menjadi klub paling agresif dengan merekrut dua sekaligus, Haye dan Reijnders, yang sama-sama berdarah Belanda.
Fenomena ini sejatinya bukan hal baru. Sebelumnya, ada nama Stefano Lilipaly, Sergio van Dijk, hingga Rafael Maitimo yang memilih bermain di tanah air setelah resmi menyandang status WNI.
Alasan para diaspora kembali ke Indonesia bisa bermacam-macam. Tawaran kontrak menggiurkan dari klub Liga 1, tantangan membela klub di negeri nenek moyang, hingga faktor kenyamanan hidup menjadi pemicunya.
Pertanyaannya, apakah para diaspora ini bisa benar-benar mengangkat citra sepakbola Indonesia di level global? Jawabannya tidak sesederhana “ya” atau “tidak”. Butuh konteks lebih luas mengenai konsistensi, kualitas kompetisi, hingga keseriusan klub membangun ekosistem sepakbola profesional.
Yang jelas, kontras ini menarik. Saat pemain lokal disuruh merantau demi masa depan Timnas, pemain naturalisasi justru memilih mudik. Pada akhirnya, publik menunggu apakah kombinasi lokal abroad dan diaspora pulang kampung benar-benar bisa membawa sepakbola Indonesia naik kelas di pentas internasional.