Sejumlah Negara Kaji Kembali Hubungan dengan China dan Beralih ke India untuk Stabilitas
- Pixabay
Pentingnya pengaruh India sebagai mitra yang dapat diandalkan semakin ditegaskan oleh semakin besarnya pengaruh India dalam pengambilan keputusan strategis di Sri Lanka.
Awal tahun ini, Sri Lanka memberlakukan larangan satu tahun terhadap “kapal penelitian” China memasuki Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) menyusul keberatan yang diajukan oleh India. Langkah ini tidak hanya menegaskan kembali kesetiaan Sri Lanka kepada India tetapi juga memberikan pukulan telak terhadap ambisi China di wilayah tersebut.
Keberhasilan India dalam mengamankan proyek-proyek utama dan mempengaruhi pengambilan kebijakan di Sri Lanka mencerminkan tren yang lebih luas di mana negara-negara semakin mencari alternatif selain keterlibatan China. Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI), yang pernah disebut-sebut sebagai kekuatan transformatif dalam pembangunan infrastruktur global, kini dirusak oleh kemunduran dan kegagalan.
Pembatalan proyek dan meningkatnya skeptisisme seputar BRI menyoroti risiko inheren yang terkait dengan pendekatan China terhadap kemitraan internasional.
Bendera China.
Upaya China mencapai ambisi geopolitik yang berbahaya melalui kesepakatan bisnis terlihat jelas dalam keterlibatannya dengan negara-negara seperti Bangladesh, Pakistan, dan Sri Lanka. Di Bangladesh, misalnya, investasi China pada proyek infrastruktur seperti Jembatan Padma dan Jalan Raya Dhaka-Chittagong telah menimbulkan kekhawatiran mengenai semakin besarnya pengaruh Beijing.
Demikian pula di Pakistan, Koridor Ekonomi Tiongkok-Pakistan (CPEC) memberikan contoh bagaimana kesepakatan bisnis China dimanfaatkan untuk memajukan kepentingan strategis, seringkali dengan mengorbankan otonomi dan kedaulatan daerah.
Pengalaman Sri Lanka dengan investasi China, khususnya proyek Pelabuhan Hambantota, menjadi sebuah kisah peringatan, yang mengungkap bagaimana diplomasi jebakan utang dapat menjerat negara-negara dalam pengaturan keuangan yang tidak berkelanjutan, yang pada akhirnya melemahkan kemandirian ekonomi dan politik mereka.
Contoh-contoh ini menggarisbawahi sifat keterlibatan bisnis China yang beragam, yang tidak hanya sekedar transaksi ekonomi, tetapi juga berfungsi sebagai instrumen pemaksaan dan kontrol geopolitik.
Negara-negara di seluruh dunia semakin menyadari bahwa proyek-proyek di bawah Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) sering kali tidak dapat dilaksanakan dan tidak berkelanjutan dalam jangka panjang. Awalnya dipuji sebagai kekuatan transformatif dalam pembangunan infrastruktur global, proyek-proyek BRI menghadapi sorotan yang semakin besar karena kurangnya kelayakan ekonomi dan kelestarian lingkungan.