5 Fakta Menarik di Balik Isu Pembangunan Eskalator di Candi Borobudur
- unsplash.com/Mario La Pergola
Jakarta, VIVA – Belakangan ini, jagat maya diramaikan oleh isu kontroversial terkait pembangunan eskalator di Candi Borobudur, yang memicu kekhawatiran publik mengenai kelestarian situs warisan dunia tersebut. Namun, Menteri Kebudayaan Fadli Zon dengan tegas membantah kabar tersebut dan memberikan klarifikasi resmi. Berikut ini lima fakta menarik dan penting terkait isu ini yang perlu Anda ketahui:
1. Tidak Ada Eskalator atau Lift di Candi Borobudur
Menteri Kebudayaan Fadli Zon secara tegas membantah kabar yang menyebutkan adanya pemasangan eskalator atau lift di Candi Borobudur. Menurutnya, kabar tersebut merupakan hoaks atau berita tidak benar yang beredar di media sosial.
"Tidak ada lift, tidak ada eskalator. Yang benar adalah chairlift, bukan ekskavator atau lainnya," tegas Fadli saat ditemui di Kompleks DPR RI, Jakarta, Senin 26 Mei 2025.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon
- VIVA/Yeni Lestari
2. Chairlift Disiapkan untuk Akses Penyandang Disabilitas dan Lansia
Pemerintah sebenarnya sedang mengupayakan pemasangan chairlift—bukan eskalator—yang berfungsi sebagai kursi bantu naik untuk penyandang disabilitas, lansia, dan biksu senior agar dapat mengakses bagian atas Candi Borobudur tanpa kesulitan. Ini merupakan langkah inklusif agar seluruh kalangan tetap bisa menikmati situs budaya yang menjadi candi Buddha terbesar di dunia tersebut.
Fadli menyebut bahwa penggunaan chairlift bukan hal baru di situs warisan dunia. Banyak situs serupa seperti Akropolis dan Parthenon di Yunani, hingga Basilika Santo Petrus di Italia, sudah mengadopsi sistem serupa.
3. Teknologi Chairlift Ramah Konservasi dan Tidak Merusak Candi
Fadli Zon memastikan bahwa pemasangan chairlift akan dilakukan dengan prinsip konservasi yang ketat dan tidak akan merusak struktur bangunan Candi Borobudur. Chairlift tersebut hanya dipasang secara non-permanen dengan sistem dudukan tanpa paku dan tanpa bor, sehingga mudah dilepas jika sudah tidak digunakan.
"Ini tidak merusak. Kita menggunakan hand rail dan sistem bongkar-pasang yang aman," jelasnya.
4. Klarifikasi Juga Disampaikan oleh Kantor Komunikasi Kepresidenan
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi
- VIVA.co.id/Rahmat Fatahillah Ilham
Tak hanya dari Kementerian Kebudayaan, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO), Hasan Nasbi, juga turut menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya. Ia menegaskan bahwa fasilitas bantu yang sempat disiapkan di area Candi Borobudur, seperti ramp dan stair lift, merupakan bentuk kesiapan pemerintah dalam menyambut kunjungan resmi Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Hasan menambahkan bahwa lantaran waktu kunjungan kenegaraan sangat terbatas, maka dibutuhkan sarana bantu agar tamu negara bisa mengakses lantai atas candi tanpa kelelahan, mengingat tingginya setara gedung 12 lantai.
5. Upaya Inklusivitas Tidak Bertentangan dengan Undang-Undang
Menteri Kebudayaan menegaskan bahwa kebijakan ini sejalan dengan UU Pelestarian Cagar Budaya. Inklusivitas menjadi bagian penting dalam pengelolaan situs warisan dunia, termasuk memberikan akses ke kelompok rentan tanpa mengorbankan nilai historis atau struktur asli bangunan.
Upaya ini juga menjadi bagian dari modernisasi pelayanan wisata budaya Indonesia, agar Borobudur bisa tetap relevan, ramah pengunjung, dan dijaga kelestariannya secara berkelanjutan.
Kesimpangsiuran Informasi
Isu pemasangan eskalator di Candi Borobudur ternyata hanyalah kesimpangsiuran informasi. Pemerintah menyiapkan chairlift sebagai fasilitas bantu inklusif, bukan sebagai bagian dari proyek permanen. Semua proses dilakukan dengan memperhatikan asas konservasi, keselamatan situs, dan kenyamanan pengunjung. Masyarakat diimbau untuk tidak mudah percaya pada informasi yang belum terverifikasi dan terus mendukung pelestarian warisan budaya Indonesia secara cerdas dan bijak. (Antara)