Anak yang Tak Diharapkan
- http://www.vestyles.com
Secepat mungkin ia berlari menuju parkiran sekolahnya dan bergegas pergi menuju rumah sakit tempat mamanya dirawat. Saat mobil sport merah Rio tiba di rumah sakit, Rio segera berlari masuk ke dalam rumah sakit. Rio tiba di depan kamar mama dan segera ia membuka pintu kamar rawat itu.
Rio melihat sang mama terbaring lemah dengan cairan infus yang masuk melalui jarum di pergelangan tangannya. Keyla menoleh menatap Rio yang tengah berdiri di pintu kamar itu. “Sedang apa kau di sini? Lebih baik kau pergi!” tanya Keyla ketus pada putranya. “Aku hanya ingin melihat keadaan mama,” lirih Rio menatap sendu Keyla, mamanya. “Pergilah, aku tidak butuh kau! Dan satu hal lagi, jangan memanggilku mama! Aku ini bukan ibumu!” ujar Keyla ketus.
“Apakah mama sangat membenciku? Mengapa mama membenciku?” lirih Rio sendu menatap mamanya. “Dengar, kau adalah anak yang tidak diharapkan olehku! Kau adalah penyebab hancurnya kehidupanku! Dan kau penyebab orang yang kusayangi meninggalkanku!” pekik Keyla kencang. “Kau itu sama dengan papamu dan aku sangat membencimu!”
“Mama...,” lirih Rio. “Pergilah!” teriak Keyla histeris. Lalu, Rio berbalik dan berjalan membuka pintu kamar rawat mamanya. Sepanjang langkahnya, air mata mulai menetes membasahi kedua pipi. Kata-kata Keyla benar-benar membuatnya tidak percaya. Rio berdiri di balik pintu rumah sakit dan tergeletak lemah di lantai.
Sebuah mobil sport berwarna merah melaju dengan kecepatan cepat menelusuri jalanan kota Jakarta. Di balik kemudi, tampak Rio yang sangat hancur dan berantakkan. Beberapa saat kemudian, mobil sport merah itu berhenti di sebuah klub malam yang terletak di sekitar Jakarta Selatan ini. Ia bergegas keluar dari mobilnya dan masuk ke dalam klub tersebut.
Di dalam klub Rio memerhatikan sekelilingnya. Sudah lama ia tidak menikmati suasana ini. Rio berjalan menghampiri kerumunan orang yang ia kenal. Rio menepuk bahu salah seorang laki-laki yang tengah berpesta minuman di sana. “Rio? you here?” pekik laki-laki yang ia tepuk bahunya. “Uh..ya. I’m here,” ujar Rio pada orang itu. ‘’Gimana kalau kita ke sana?” tanya laki-laki itu sambil menunjuk salah satu kedai minuman di klub itu. Rio mengangguk dan mengikuti langkah laki-laki itu menuju kedai minuman.