Membangun Kesehatan Reproduksi dan Mental Remaja
Hal ini bisa diaplikasikan pada pendidikan agama. Silabus dari mata pelajaran tersebut direvisi dengan memasukkan pembahasan kesehatan reproduksi dan mental remaja menjadi satu pokok bahasan dalam beberapa kali tatap muka dengan siswa-siswi. Tentunya didesain dengan misi agama yang secara lahiriah kita mengakui jika agama bisa mempengaruhi pola pikir serta tindakan pemeluknya. Sehingga apa lagi yang harus kita dustakan dari peran agama dalam kehidupan kita.
Saat ini kita harus memilah mana yang menjadi persoalan kekinian dan harus dijawab oleh dunia pendidikan dengan sebuah pelajaran yang kekinian pula. Artinya, pendidikan agama harus mampu memberikan jawaban atas persoalan keagamaan kita hari ini. Nah, persoalan keagamaan kita hari ini bukanlah persoalan fundamental seperti perbedaan persepsi tentang awal Ramadan dan jumlah rakaat salat tarawih untuk yang beragama Islam. Persoalan keagamaan kita hari ini adalah persoalan yang riil terjadi di masyarakat seperti kesenjangan sosial sampai kekerasan seksual.
Di sinilah kita melihat sampai di mana agama yang sudah diakui secara lahiriah mempunyai pengaruh terhadap pemeluknya. Penulis tegaskan kembali bahwa jika kita merasa ribet untuk merombak kurikulum yang butuh proses panjang nan ribet ala Indonesia, maka mudah saja yaitu disusupi di mata pelajaran agama dengan menambah pokok pembahasanya terkait persoalan yang saat ini kita hadapi yaitu kesehatan reproduksi dan mental remaja. Perlunya juga didesain berupa studi kasus yang kemudian dianalisis kaitannya dengan larangan-larangan dan anjuran atau perintah agama untuk menjawab kasus tersebut.
Saat ini kita tak bisa lagi bertitik tumpu pada satu kaki saja, Jika kita hanya mengandalkan keluarga di era modern seperti ini maka kita akan kebablasan. Sebab keluarga dulu dan keluarga sekarang berbeda paradigmanya. Memang penting pula membangun kesadaran keluarga mengenai peran keluarga terkait persoalan kesehatan reproduksi dan mental remaja, namun sekali lagi itu tak cukup jika kita hanya bertumpu pada satu kaki.
Nah, kemudian jika hal ini dapat direalisasikan maka terjawab sudah apa itu seks bebas, apa itu kekerasan seksual, apa itu kesehatan alat reproduksi, apa itu penyakit menular seksual, dan yang tak kalah pentingnya lagi remaja kita bisa mengetahui apa hubungan ke semua komponen yang disebutkan tadi dengan perintah dan larangan agama yang dianut oleh peserta didik.