Pantang Menyerah Walau Harus DO dari Kampus Tercinta
VIVA.co.id – Drop Out (DO). Sekilas memang menyeramkan, tapi tidak bagi Reza. Karena menurut dia apa yang dilakukannya itu benar dan bukan suatu kesalahan seorang mahasiswa. Reza Wahyu Pratama yang lahir pada tahun 1988 ini sudah tidak asing lagi di kalangan Universitas Nasional (Unas). Beberapa orang ada yang memanggil Reza dengan sebutan zombi, bukan zombie yang seperti di film-film luar negeri.
Reza mulai masuk di lingkungan Unas pada tahun 2012. Memang sekilas tampang atau wajahnya agak tua, tapi hati dia lembut seperti Hello Kitty. Begitulah teman-teman angkatan mereka menyebutnya. Pada saat Reza masuk kuliah, masih ada kegiatan yang namanya Baksos atau Bakti sosial. Angkatan 12 mendapatkan julukan “Gemacita” yang kepanjangan dari Gerakan Mahasiswa Cinta Tanah Air. Dari sini Reza menjelaskan bahwa selama dia mengikuti baksos ini dia menjadi lebih dekat dengan masyarakat. Banyak teman baru, berinteraksi dengan senior, terbuka pikirannya tentang bagaimana menjadi mahasiswa.
“Forum Solidaritas Tongkrongan X (Forsot) merupakan acara penting di Kampus Unas. Karena acara ini tanpa campur tangan birokrat kampus. Kami menjalani acara ini dengan cara meminta sumbangan setiap harinya kepada teman-teman atau senior kampus di berbagai tongkrongan. Ada yang mencari sponsor dan lain sebagainya,” Reza yang menjadi panitia acara ini menceritakan panjang lebar, ditemani dengan kopi hitam yang kita pesan di kantin kampus. Kami pun terbuai dengan ceritanya.
Berlanjut kita membicarakan organisasi internal kampus. Reza memilih Himpunan Mahasiswa Pecinta Alam (Himpala) angkatan 34, karena ingin lebih mencintai alam. Dan selama dia bertanggung jawab di organisasi tersebut, dia mengatakan bahwa Himpala merupakan organisasi yang sangat bagus. Setelah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) di Sukamantri, camping ground selama 5 hari dengan pelatihan yang cukup berat, zombi, sapaan akrabnya, akhirnya menjadi anggota muda Himpala.
Himpala mempunyai sekretariat di Blok 3 Basement. Organisasi ini sangat didukung oleh pihak kampus. Sampai-sampai Himpala Universitas Nasional melakukan pendakian 7 Summit ke Ama Dablam, Nepal, pada tahun 2012 silam. “Himpala bisa lebih bagus, ketat, harus tegas, siap bertanggung jawab dengan tugas, di dunia kerja berguna, terkenal atau harum namanya di seluruh kampus Jakarta,” harapnya. Dukanya saat menjadi anggota Himpala menurut dia adalah kalau ada senior yang berkunjung ke Sekretariat Himpala. Karena pasti junior jadi jarang pulang karena di kampus waktu itu diperbolehkan mahasiswa menginap atas kebijakan rektorat Unas.