Resolusi Pembangunan Ramah Lingkungan 2017
- life-a-big-mystery.blogspot.com
Begitu pula urbanisasi. Urbanisasi saat ini merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Dunia semakin “mengkota”. Semakin banyak penduduk yang tinggal di kawasan perkotaan. Dan hal ini tidak terkecuali di Indonesia. Saat ini kita juga sudah menjadi bangsa urban. Sudah lebih dari 50 persen penduduk Indonesia tinggal di kawasan perkotaan.
Kota semakin banyak berperan dalam aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Namun di saat bersamaan, permasalahan kota pun semakin meningkat dan semakin kompleks. Indonesia memiliki lahan perkotaan terbesar ketiga di Asia timur, setelah Tiongkok dan Jepang. Antara tahun 2000 hingga 2010, jumlah lahan perkotaan di Indonesia meningkat, dari sekitar 8.900 kilometer persegi menjadi 10.000 kilometer persegi, bertambah 1,1 persen per tahun. Laju pertumbuhan lahan perkotaan di Indonesia tertinggi setelah Tiongkok.
Sedangkan urbanisasi telah menjadi persoalan tersendiri. Urbanisasi dapat mendatangkan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi berkat bertambahnya pekerjaan formal dan meningkatnya produktivitas. Tiap 1 persen pertumbuhan urbanisasi berkorelasi dengan peningkatan PDB per kapita. 13 persen untuk India, 10 persen untuk Tiongkok, dan 7 persen untuk Thailand. Sedangkan Indonesia memperoleh hanya 4 persen pertumbuhan PDB untuk setiap 1 persen pertumbuhan urbanisasi. Karena maraknya kemacetan, polusi, dan risiko bencana akibat investasi infrastruktur yang kurang memadai.
Kurangnya investasi infrastruktur mempertajam kerentanan masyarakat terhadap kemiskinan. Saat ini hanya 48 persen rumah tangga di Indonesia memiliki akses air bersih. Fasilitas saluran air hanya tersedia di 11 dari 98 kota Indonesia. Selain itu, data-data juga menunjukkan bahwa hanya 2 persen penduduk kota memiliki akses kepada sistem sanitasi terpusat.
Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi juga semakin membebani infrastruktur yang sudah ada. Antara tahun 2000 hingga 2010, kepadatan penduduk urban di Indonesia naik pesat. Dari 7.400 orang per kilometer persegi menjadi 9.400 orang per kilometer persegi. Hal inilah yang menyebabkan jumlah lahan perkotaan baru untuk tiap orang yang tinggal di kota kurang dari 40 meter persegi. Ukuran terkecil dari semua negara di kawasan Asia Timur.
Kondisi-kondisi di atas menyadarkan kita, bersama partner-partner sipil, dan para politisi untuk berkontribusi secara nyata. Sehingga tantangan-tantangan dan solusi perubahan iklim serta perlindungan iklim, urbanisasi dan perencanaan kota, juga infrastruktur dan mobilitas, menjadi bagian dari kesadaran masyarakat umum.