AI Ancam Profesi Kantoran tapi Karyawan Malah Dapat Work-Life Balance, Kok Bisa?
- Pixabay.
Jakarta, VIVA – Kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) menjadi perbincangan panas di dunia kerja. Beragam profesi kini menghadapi potensi tergantikan oleh mesin pintar.
Namun yang mengejutkan, sebagian besar pekerja kantoran justru tidak panik. Sebaliknya, mereka menikmati manfaat jangka pendek yang diberikan AI seperti keseimbangan hidup yang lebih baik, produktivitas tinggi, dan stres yang menurun.
Melansir dari Fortune, Jumat, 1 Agustus 2025, sebuah survei terhadap 2.500 pekerja kantoran di bidang teknologi mengungkap bahwa 61% percaya profesi mereka bisa digantikan oleh AI dalam 3-5 tahun ke depan. Tapi meski begitu, mereka tetap menggunakan AI setiap hari.
Mengapa bisa begitu? Berikut adalah 6 alasan utama mengapa pekerja kantoran tetap santai menghadapi ancaman AI terhadap profesi mereka.
ilustrasi bersama teman kantor
- freepik.com/freepik
1. AI Bantu Meningkatkan Work-Life Balance
Sekitar 4 dari 10 pekerja menyebut bahwa AI telah membantu mereka menciptakan keseimbangan hidup dan kerja yang lebih baik. Banyak tugas rutin kini bisa diotomasi, sehingga waktu yang sebelumnya habis untuk pekerjaan administratif bisa dialihkan untuk istirahat, keluarga, atau pengembangan diri.
Hal ini sangat dirasakan terutama oleh generasi muda seperti Gen Z, yang menjadikan work-life balance sebagai prioritas utama dalam memilih pekerjaan.
2. Teknologi Ini Justru Mengurangi Stres
Berkurangnya beban kerja teknis membuat banyak profesional merasa lebih ringan menjalani pekerjaan harian. Tugas-tugas membosankan seperti input data, menulis laporan rutin, atau analisis awal kini bisa dilakukan AI. Hasilnya, para pekerja merasa lebih tenang dan tidak mudah burnout.
Seperti dikatakan oleh Dallin Hatch, Head of Communications di Udacity, banyak orang mulai melihat sisi positif AI seperti halnya saat komputer dan internet pertama kali hadir.
3. Produktivitas dan Kreativitas Meningkat
Sebanyak 7 dari 10 responden survei menyebut AI membuat mereka lebih produktif dan kreatif. Hal ini sejalan dengan pendapat psikolog dan filsuf Frank Martela yang mengatakan bahwa AI memberi ruang bagi manusia untuk fokus pada aspek pekerjaan yang lebih bermakna.
Dengan AI mengurus pekerjaan repetitif, manusia bisa mencurahkan energi ke pekerjaan yang menuntut ide dan strategi, seperti inovasi produk, komunikasi kreatif, atau pengambilan keputusan penting.