Sosok Profesor Amerika Sedang Buat Vaksin Corona Termurah Dunia
VIVA – Sudah hampir satu juta penduduk Amerika Serikat terinfeksi Virus Corona atau COVID-19 dan yang menyedihkan sudah 54 ribu meninggal dunia dalam wabah dunia.
Tak hanya itu saja, dalam data terbaru, Senin 27 April 2020, tercatat lebih dari 5 juta penduduk Amerika lainnya yang sedang menjalani pemeriksaan Virus Corona.
Namun, Amerika tak juga bisa menciptakan vaksin corona seperti yang mereka gadang-gadangkan beberapa waktu lalu.
Harapan Amerika kini tergantung pada Profesor Peter Hotez. Dia merupakan ahli dunia yang harapkan bisa mengembangkan vaksin corona.
Siapakah sosok Prof Peter Hotez? Baru-baru ini Al Arabiya English berhasil mewawancarainnya. Dia merupakan co-Direktur Pusat Pengembangan Vaksin dari Rumah Sakit Texas Children.
Dalam perbincangannya itu, Prof Hotez secara terbuka mengatakan, tak mungkin vaksin corona bisa diciptakannya dirinya dan timnya dalam waktu satu tahun ini.
"Tujuan aspirasinya adalah satu tahun hingga 18 bulan. Itu akan ketat. Rekor dunia adalah empat atau lima tahun sehingga kami harus memecahkan rekor dunia. Itu benar-benar tergantung pada bagaimana uji klinis berjalan," kata dia.
Menurutnya, tim bisa saja mengembangkan sejumlah vaksin dalam waktu cepat. Hanya saja vaksin harus melalui beberapa tahapan. Tim masih harus melalui jalur yang sama untuk menunjukkan bahwa vaksin benar-benar bekerja pada orang-orang di daerah di mana penularan sedang berlangsung, dan juga bahwa vaksin itu aman. Garis waktu itu sulit untuk dipercepat.
Selain itu menurutnya, vaksin yang dikembangkan tak bisa hanya satu saja. Karena ada beberapa populasi berbeda tergantung pada kondisi dan usia si penderita corona.
"Mungkin vaksin yang berbeda untuk orang yang lebih tua, atau orang-orang dengan kondisi kronis yang mendasarinya, atau untuk penyedia layanan kesehatan. Saya tidak berpikir itu akan menjadi situasi di mana itu akan menjadi satu vaksin yang muncul. Saya memperkirakan akan ada setidaknya tiga atau empat vaksin yang akan keluar dan dapat bervariasi tergantung pada penggunaan dan kebutuhan lokal," ujarnya.
Hotez juga menuturkan, vaksin yang sedang dikembangkan timnya cukup banyak. Namun paling sedikit 3 vaksin harus siap untuk dipatenkan.