Mereka yang Bakal Terkubur
- ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
"Makanya saya termasuk orang yang tidak setuju ambang batas presiden. Karena hanya mengarahkan calon itu kepada dua itu aja. Dan dua calon ini tidak produktif perdebatannya dalam beberapa tahun terakhir ini," tuturnya.
Meski angka PT ditetapkan tinggi dan hasil survei memberi data banyak parpol yang akan berguguran, namun itu semua masih belum final. Margin error yang selau dimunculkan di setiap survei masih berpotensi mengubah hasil, begitu juga undecided voters. Merujuk hasil survei di pemilu-pemilu sebelumnya, sering kali hasil akhir jadi berbeda. Partai yang sebelumnya diprediksi tak lolos PT, ternyata tetap lolos, dan angka yang sebelumnya diprediksi rendah, ternyata melampaui ambang batas. Sebab, di hari pemilihan, biasanya terjadi pergeseran margin error dan kelompok swing voters atau undecided voters akhirnya mengambil keputusan.
Mengamati itu, Totok Suryaningtias dari Litbang Kompas menolak mengatakan bahwa partai yang tak berhasil lolos dari angka minimum PT akan terkubur. Menurut Totok istilah kuburan jadi berlebihan. Sebab, partai yang tak lolos PT tak serta merta mati. Sebab, PT yang berlaku saat ini hanya untuk DPR RI, tapi tidak untuk provinsi dan kota.
"Artinya dia masih bisa hidup. Contohnya PKPI. PKPI kan tidak ada di DPR RI, tapi di tingkat Provinsi dan Kabupaten/kota dia banyak kok. PBB dia tidak ada di DPR RI, tetapi di provinsi dan kabupaten/kota dia banyak, dan masih hidup tuh, dia masih ikut lagi tuh, artiya dia tidak mati kan. Jadi istilah kuburan itu terlalu melebih-lebihkan saja menurut saya. Mungkin istilah yang lebih tepat gagal masuk Senayan, nah itu lebih faktual itu," ujar Toto.
Ia meminta publik membedakan antara parlemen Senayan dengan tingkat provinsi dan kabupaten kota. Bisa saja sebuah partai gagal masuk ke Senayan, tapi tetap berhasil menembus provinsi atau kabupaten/kota.
Penjelasan Totok tentu melegakan dan bisa menghibur partai-partai yang diprediksi tak lolos PT. Ungkapan Totok yang mencontohkan PBB bisa jadi ada benarnya. Sebab, seperti yang dituturkan Afriansyah Noor atau Ferry, Sekjen PBB kepada VIVA, perjuangan PBB memang Senayan. Tapi itu tak berarti PBB melupakan provinsi dan kota. Itu juga yang menjadi alasan PBB bergerak menyebar jutaan stiker ke berbagai pelosok wilayah. Dengan menjadikan Yusril Ihza Mahendra sebagai brand PBB, maka PBB berharap partainya akan mengakar kembali di masyarakat.