Awas Gelembung Bisnis Digital
- Cermati.com
"Ke depannya, Bukalapak akan mengedepankan manajemen talenta, penguatan modal, dan tata kelola perusahaan untuk dapat menjadi perusahaan yang lebih baik dan memberikan manfaat yang semakin luas bagi masyarakat," ujarnya.
Gonjang-ganjing Startup RI
Tak hanya Bukalapak, startup Indonesia yang menjadi perhatian publik atas kinerja perusahaannya pada 2019 di antaranya dompet digital OVO. Kali ini, isu yang berembus adalah karena Lippo Group menghentikan investasinya ke OVO.
Dalam pernyataannya, pendiri Lippo Group, Mochtar Riady, menegaskan, sebagai salah satu investor utama OVO, perusahaan hanya menjual dua per tiga sahamnya dari dompet digital tersebut dan tidak sepenuhnya dijual.
"Bukan melepas, adalah kita menjual sebagian. Sekarang, kita mungkin tinggal 30 sekian persen. Sepertiga, dua per tiga kita jual," kata Mochtar, saat ditemui di Djakarta Theater, Kamis 28 November 2019.
Adapun alasan Mochtar melepas sahamnya adalah karena Lippo Group merasa berat dengan model bisnis OVO yang hanya bakar uang. "OVO-nya terus ‘bakar uang’, bagaimana kita kuat," tutur dia.
Sementara itu, Presiden Direktur OVO, Karaniya Dharmasaputra, mengatakan, memang perusahaan rintisan OVO masih membutuhkan model bisnis seperti itu. Perusahaan juga masih berusaha mencari pembentukan modal baru atau fundraising untuk menjaga keberlanjutan pengembangan model bisnis.
Karenanya, ketika pemegang saham mayoritas, seperti Lippo tak mampu melakukan injeksi modal, maka sahamnya akan terdilusi dan Lippo akan terus mengundang pemodal lainnya untuk menginjeksi modal bisnis OVO.
Terkait kinerja, Managing Director OVO, Harianto Gunawan, mengatakan, OVO sebagai perusahaan keuangan digital memiliki roadmap yang jelas menuju profitabilitas sebagai sebuah entitas bisnis yang sustainable. "Kami terus berinovasi dan memberikan kemudahan kepada konsumen," ujarnya.
Selain itu, OVO yang baru berusia dua tahun mengakui masih dalam tahap edukasi untuk pengembangan pangsa pasar. Hal itu penting, karena pasar uang elektronik di Indonesia baru bergeliat dan akan berkembang pesat dalam satu dua tahun ke depan.
"Kami yakin dengan strategi ekosistem terbuka yang kami miliki, memungkinkan OVO untuk terus semakin memperluas use case-nya dan menyesuaikan dengan adanya perkembangan ekonomi digital yang pesat ini," ujar Harianto kepada VIVAnews.