Indonesiasentris Foundation: Thayeb Gobel Bapak Budaya Korporasi dan Teknologi

Thayeb Gobel
Sumber :
  • istimewa

“Pembeda utama mereka dengan perusahaan lain yang telah bangkrut atau diakuisasi sebagai keunggulan komparatif mereka adalah budaya organisasinya,” papar Alfi Rahmadi mengutip studi Kim Cameron “A Process for Changing Organizational Culture” (2007). 

Presiden Xi Jinping Beri Buku Tata Kelola Pemerintahan Tiongkok kepada Megawati

Budaya organisasi tersebut seringkali tercipta dari pendiri perusahaan yang mencerminkan ketajaman visi yang diusung; kemudian dikembangkan secara sadar oleh tim manajemen. Tidak semua organisasi secara otomatis memiliki budaya yang kuat dan efektif. “Ini adalah proses untuk memulai perubahan budaya seperti cakrawala berpikir, mental dan karakter, yang digunakan dalam intervensi pengembangan organisasi,” papar Alfi.  

Grup Gobel melakukan panetrasi budaya organisasi perusahaan sejak dekade 1960an, yang mungkin terapan mega proyek “Pembangunan Karakter Bangsa” (nation character building) yang digaungkan Bung Karno sejak dekade 1950an guna menghadapi neo kolonialisme. 

Praktisi Hukum Husni Farid Abdat dan Ibrahim Alwini, Luncuran Buku 'IHLEGAL'

“Thayeb Gobel mentransmisi nilai-nilai Pancasila pada mega proyek tersebut dalam manajemen internalnya pertama kali di tanah air, yang pada gilirannya kelak mempengaruhi sistem ketahanan nasional. Ini semua dia mulai dari lingkungan keluarga besar Grup Gobel,” sambung Alfi. 

Diantara transmisi paling nampaknya adalah kemandirian. Hanya berbilang jari industriawan bumiputra senekat Thayib Gobel yang sanggup berinvestasi modal-kapital dekade 1950-1960an di tengah belum adanya prototipe produsen elektronik dan transportasi di tanah air, dua industri penting pada masa-masa awal pembangunan Indonesia baru merdeka. 

Guntur PDIP Sebut Hasto Puasa 3 Hari 3 Malam Demi Bikin 5 Buku: Ditulis Melalui Proses Tirakat

“Meminjam istilah Bung Karno yang sangat populer adalah asas ‘berdikari’: berdiri di kaki sendiri,” catat Alfi Rahmadi. 

Bukan kebetulan, sebagaimana paparan Rachmat Gobel saat buku ini dibedah di Universitas Muhammadiyah Jakarta (24/10/2024), sejak awal Ayahnya menolak tawaran Bung Karno untuk menjadi jenderal dalam militer usai Revolusi Indonesia. Thayeb Gobel lebih memilih ‘jenderal’ dalam bisnis, suatu pilihan yang tak banyak dipilih bagi kaum Revolusi Indonesia zaman itu. 

Dengan menempatkan SDM karyawan sebagai aset, mendukung penuh adanya Sarikat Pekerja Grup Gobel dekade 1980an atau kali pertama penerapannya di tanah air secara modern, sistem gaji dan bonus berdasarkan keadilan distributif dan resoratif, penerapan upacara bendara kali pertama bagi industri di Indonesia, dan sebagainya, menunjukan keputusan bisnis yang visioner, yang kelak berdampak besar bagi kesejahteraan berkelanjutan. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya