Empat Hal Ini Membuat Utang China Semakin Membengkak

Pengibaran bendera China
Sumber :
  • Reuters/Stringer

VIVA.co.id – Utang China tercatat terus meningkat terhadap Produk Domestik Bruto. Utang tersebut selama ini telah menjadi bahan bakar China dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, seiring berjalannya waktu, utang yang semakin bengkak itu pun kehilangan efektivitasnya karena melambatnya pertumbuhan ekonomi.

Dilansir dari Business Insider, Selasa 29 November 2016, analis dari Morgan Stanley mengatakan saat ini utang China terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hingga kuartal III 2016 telah mencapai 276 persen, atau mengalami kenaikan dibandingkan periode yang sama tahu lalu sebesar 249 persen terhadap PDB. 

Naiknya utang tersebut didorong oleh semakin tingginya utang rumah tangga yang lebih cepat dibandingkan utang dari sektor bisnis. "Utang tersebut didorong oleh peningkatan pesat dari pinjaman baru dari 1,7 triliun Yuan pada 2014 menjadi 4,6 triliun Yuan dalam 12 bulan terakhir," menurut Morgan Stanley.

Dengan berlebihnya pertumbuhan utang tersebut maka manfaat ekonomi dari utang tersebut lebih menyusut. Hal itu dibandingkan dengan delapan utang bisa menghasilkan satu unit pertumbuhan ekonomi pada 2016, atau jauh lebih boros dibandingkan 2014 dengan empat utang hasilkan satu unit pertumbuhan ekonomi.

Pekerja proyek di China

Adapun empat hal yang melihat tak efektifnya utang China saat ini yaitu:

1. Secara keseluruhan utang terus meningkat, sementara, menurut Morgan Stanley, pertumbuhan ekonomi diatur untuk terus alami penurunan. "Kami berharap pertumbuhan moderat dari 6,7 persen pada 2016 ke 6,4 persen pada 2017 dan 6,2 persen pada 2018," kata Morgan Stanley.

2. Besarnya pinjaman yang dilakukan oleh rumah tangga terus meningkat, dipimpin oleh kredit perumahan. Penjualan properti naik 26 persen year-on-year pada bulan Oktober, meskipun langkah-langkah pemerintah untuk mendinginkan pasar belum tampak.

Banggar DPR Restui Sri Mulyani Gunakan SAL 2024 Sebesar Rp 85,6 Triliun Buat Bayar Utang hingga Tambal APBN

3. Utang menumpuk karena lebih digunakan untuk membayar pelayanan, sehingga membuat setiap pinjaman tambahan kurang efektif. Butuh delapan unit utang untuk mendapatkan satu unit tambahan pertumbuhan ekonomi, dibandingkan dengan setengahnya pada 2014.

4. Banyak dari masalah utang terletak pada badan usaha milik negara, yang bisnisnya dijalankan oleh pemerintah dan sering bergantung pada subsidi. Mereka (BUMN) umumnya memiliki tingkat utang yang lebih tinggi dari perusahaan swasta dan memiliki laba yang lebih rendah, menurut Morgan Stanley.

Motif Pelaku Mutilasi di Padang Pariaman, Kesal Korban Tak Bayar Utang
Gedung Bank Indonesia (tampak depan)

Stabilitas Rupiah hingga Pemerintah Bayar Utang Bikin Cadangan Devisa RI Juli 2025 Turun

Bank Indonesia mencatat, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2025 terjaga tetap tinggi sebesar US$152,0 miliar. 

img_title
VIVA.co.id
7 Agustus 2025