Kisah Pelukis Kaleng Khong Guan yang Terlupakan
- VIVa.co.id
"Sudah lupa. Ya tapi bisa hidup sekeluarga sama anak, karena dulu graphic desainer itu sangat sedikit. Kita banyak dicari orang. Jadi untuk menyelesaikan itu sampai enggak tidur, enggak makan. Ya ada, tapi enggak banyak saingannya," kata dia.
Bakat seni menurun dari sang ayah
Bernardus kemudian juga kembali menarik mundur beberapa dekade silam, awal dirinya terjun ke dunia menggambar. Tampaknya, darah dan bakat seni yang dimiliki ayahnya yang juga seorang pelukis menjalar ke dirinya. Sejak kecil ia mengaku menyukai menggambar.
Ia sendiri tidak pernah bercita-cita untuk mendapatkan uang dari menggambar. Sang ibu bahkan sempat melarang dirinya mengikuti jejak karier ayahnya. Maklum, sang ibu berkaca dari hidup ayahnya yang menurutnya pas-pasan.
"Kalau zaman dulu malah orangtua sedih kalau anak jadi pelukis karena enggak ada duit. Karena itu orangtua tidak setuju, karena zaman dulu pelukis itu tidak ada duitnya. Pinginnya jadi arsitek,” ujar pria yang pernah menjadi mahasiswa di Fakultas Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.
Sayangnya, ia gagal menyelesaikan kuliahnya lantaran kebanjiran pesanan untuk karya ilustrasi. Waktunya pun tersita karena terlalu sibuk membuat komik.
"Bikin komik itu bukan maunya saya, saya di Bandung, kos, di Jalan Lengkong Kecil 41 Bandung, persis di sebelahnya redaksi Aktui. Saya suka main ke situ lama-lama disuruh buat cerita bersambung komik. Sudah, saya bikin saja," ujarnya bercerita.
Nasib baik justru menuntunnya untuk menekuni profesinya membuat ilustrasi banyak kemasan produk makanan. Karya untuk ilustrasi kemasannya sendiri diakui telah mencapai ratusan. Tapi ia kembali masih tidak habis pikir mengapa karya di kaleng Khong Guan itu begitu populer.
Lebih jauh, ketika ditanya apakah ada karya ilustrasi lain yang mampu menandingi kepopuleran Khong Guan ia menjawabnya mantap.
"Ndak ada, ini (ilustrasi Khong Guan) paling populer. Sebetulnya gambarnya begitu saja, kalau dibanding yang lain juga kalah bagus, cuma kalengnya kuat, yang lain rapuh," kata dia.
Terpaksa menolak tawaran menggambar
Beberapa kali, ia pun sempat kembali mendapatkan tawaran untuk menggambar ilustrasi untuk produk. Namun tawaran itu ditolaknya, karena tak memiliki waktu. Maklum, beberapa tahun belakangan, Bernardus memang lebih banyak mengabiskan waktu untuk memberikan pelatihan pengobatan dengan teknik prana ke beberapa daerah.