Ujian Kredibilitas Indonesia Hadapi Raksasa AUKUS

Presiden Jokowi saat meninjau Kepulauan Natuna di atas KRI Imam Bonjol.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Setpres-Krishadiyanto

"Masak hanya karena kita tidak bisa bikin kapal selam nuklir sendiri jadi harus mempertaruhkan sebagian kedaulatan kita terhadap AS dan juga mungkin Inggris," komentar Profesor Allan Gyngel yang merupakan Ketua Australian Institute of International Affairs sebagaimana dikutip dari laman BBC.

Bursa Asia Dibuka Bervariasi, Suku Bunga Australia Jadi Sorotan

Sementara Malaysia sebelumnya juga mengkhawatirkan potensi perlombaan senjata dengan adanya AUKUS. Disebut bak katalis bagi perlombaan senjata nuklir yang akan sangat bisa membahayakan kawasan.

Tak lama AUKUS diumumkan, Indonesia langsung bersikap. Di New York, AS di sela-sela menghadiri siang umum PBB, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengkritik keras berdirinya pakta pertahanan itu. Indonesia tak mau, saat negara-negara besar sibuk bersaing di Asia Pasifik, pada suatu saat akan kena getahnya. Indonesia ingin Asia menjadi zona aman dan damai.

Warning! Tetangga Indonesia Punya Hiu Hantu, Harganya Rp18,6 Triliun

"Tetapi saya menekankan bahwa yang tidak diinginkan oleh kita semua adalah kemungkinan meningkatnya perlombaan senjata dan power projection (unjuk kekuatan—red) di kawasan, yang tentunya akan dapat mengancam stabilitas keamanan kawasan,” kata Menlu Retno Marsudi.

Ancaman dan Ujian

Dua Orang yang Berangkatkan Reni ke China Buat Jadi Pengantin Pesanan Ditangkap

Sementara itu dihubungi VIVA, pakar Ilmu Hubungan Internasional (HI) Teuku Rezasyah menilai bahwa berdirinya AUKUS ini bukan ihwal yang mengejutkan. Baik AS, Inggris dan Australia memang sebelumnya sudah memiliki perjanjian keamanan bersama. 

AUKUS ini kemudian semacam bentuk formal karena AS ingin menunjukkan kepada China bahwa mereka serius dan siap menangkis Tiongkok di Asia Pasifik termasuk Laut China Selatan. Tak hanya tiga negara itu, secara terpisah negara-negara di Asia juga punya perjanjian keamanan dengan AS. 

Namun situasi ini jelas akan menyulitkan bagi Indonesia karena Indonesia memang tak memiliki perjanjian kerja sama keamanan dengan negara-negara itu. Di satu sisi Indonesia adalah negara non allied (tidak memihak) namun di sisi lain AUKUS akan bisa mengancam kedaulatan wilayah dan bikin repot pada masa mendatang.

"Misalkan suatu saat ada lepas peluru kendali, tabrak-tabrakan kapal, para awak jadi korban dan keadaan darurat yang bisa terjadi di dekat bahkan di wilayah kita maka siapa yang harus turun tangan? Kan kita. Jadi suatu saat nanti kita akan bisa berhadapan dengan kasus-kasus yang belum pernah kita hadapi," kata Teuku Rezasyah melalui sambungan telepon, Senin 27 September 2021.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya