AS Berhasil Lakukan Transplantasi Kandung Kemih Pertama di Dunia
- Istimewa
Washington, VIVA – Dokter bedah di Ronald Reagan UCLA Medical Center, Los Angeles, mencatatkan sejarah dengan berhasil melakukan transplantasi kandung kemih manusia pertama di dunia.
Operasi revolusioner ini berlangsung pada 4 Mei 2025, dan menjadi harapan baru bagi pasien dengan gangguan kandung kemih serius.
Ilustrasi operasi.
- Pixabay/sasint
Penerima prosedur inovatif ini adalah Oscar Larrainzar (41), seorang ayah empat anak, yang sebelumnya kehilangan sebagian besar kandung kemihnya akibat kanker.
Setelah itu, ia juga harus menjalani pengangkatan kedua ginjal dan hidup tergantung pada dialisis selama tujuh tahun karena penyakit ginjal stadium akhir. Dalam operasi delapan jam tersebut, Larrainzar menerima transplantasi ginjal dan kandung kemih dari donor organ.
"Dokter bedah pertama-tama mentransplantasikan ginjal, diikuti oleh kandung kemih, mereka kemudian menghubungkan ginjal ke kandung kemih baru menggunakan teknik yang telah mereka rintis," kata pernyataan dari University of California, Los Angeles (UCLA).
Melansir dari The Sundaily, Selasa 20 Mei 2025, Dr. Nima Nassiri, salah satu ahli bedah yang memimpin operasi ini, menyebut bahwa prosedur tersebut menunjukkan hasil yang sangat cepat.
“Ginjal segera mengeluarkan banyak urin, dan fungsi ginjal pasien segera membaik,” ucap Nassiri.
“Tidak perlu dialisis setelah operasi, dan urin mengalir dengan baik ke kandung kemih yang baru," tambahnya.
Menurut Nassiri dan koleganya, Dr. Inderbir Gill, transplantasi kandung kemih penuh belum pernah dilakukan sebelumnya karena kompleksitas struktur pembuluh darah di panggul yang membuat prosedurnya sangat sulit secara teknis.
“Upaya pertama transplantasi kandung kemih ini telah berlangsung selama lebih dari empat tahun,” ujar Nassiri.
Ilustrasi ruang operasi.
- Istimewa
Sebelum terobosan ini, pasien yang membutuhkan rekonstruksi kandung kemih biasanya menjalani prosedur menggunakan bagian usus untuk membentuk kandung kemih buatan atau menggunakan kantong stoma sebagai penampung urin. Namun, teknik konvensional ini membawa berbagai risiko jangka pendek dan panjang.
Dengan keberhasilan transplantasi kandung kemih penuh ini, tim dokter berharap dapat membuka jalan bagi pendekatan yang lebih aman dan efektif dalam menangani kerusakan kandung kemih parah di masa depan.