- VIVA/ Syahdan
Arafah, VIVA – Di tengah lautan manusia berbalut ihram, jutaan jemaah haji berkumpul di Padang Arafah, sebuah tempat yang bukan sekadar hamparan tanah, melainkan jantung dari seluruh rangkaian ibadah haji. Dalam khutbah Arafah yang disampaikan oleh KH. Ahmad Said Asori, Anggota Amirul Haj, Kamis, 5 Juni 2025, disampaikan makna mendalam mengapa tempat ini disebut Arafah dan esensinya bagi pencapaian haji yang mabrur.
Arafah: Tempat Para Nabi Mencapai Ma'rifatun Nafsi
Menurut KH. Ahmad Said Asori, Arafah dinamakan demikian karena di sinilah para nabi dan kekasih Allah mencapai puncak kesadaran diri, atau ma’rifatun nafsi. Konsep ini selaras dengan pepatah bijak yang masyhur, "Barangsiapa mengenal dirinya, ia akan mengenal Tuhannya."
Khatib menjelaskan, Nabi Adam AS berhasil meraih puncak kesadaran setelah ribuan tahun bermunajat dan memohon ampun kepada Allah SWT. Begitu pula Nabi Ibrahim AS, di tempat inilah beliau mencapai puncak pengetahuan dan keyakinan akan perintah agung untuk menyembelih putranya, Ismail AS. Bahkan, Nabi Muhammad SAW sendiri pun berhasil mencapai puncak kemakrifatan saat berwukuf di Arafah. "Karenanya tak berlebihan bila dikatakan puncak pencapaian haji ada di tempat ini," tegas KH. Ahmad Said Asori.
Menyadari Kelemahan dan Memohon Ampun
Pentingnya Arafah tak dapat diragukan, hingga Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada haji tanpa wukuf di tempat ini." Arafah menjadi cermin yang menyadarkan kita betapa lemah dan tak berdayanya manusia di hadapan kebesaran Allah SWT. Di hamparan ini, jemaah diajak merenungkan sekian banyak dosa yang telah dilakukan.
Bukan hanya dosa kepada Allah, tetapi juga dosa kepada sesama manusia: suami, istri, anak, orang tua, saudara, tetangga, teman, termasuk dosa seorang pemimpin kepada rakyatnya. Yang tak kalah penting, KH. Ahmad Said Asori mengingatkan akan dosa yang sering terlupakan, yaitu dosa kepada alam semesta.
Oleh karena itu, Arafah adalah tempat terbaik untuk beristighfar dan memanjatkan doa kepada Allah. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sebaik-baik doa adalah doa yang dipanjatkan di hari Arafah. Sebaik-baik doa yang aku dan para nabi sebelumku panjatkan adalah La ilaha illah wahdahu la syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai’in qadir (Tidak ada Tuhan selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Segala kerajaan dan pujian hanya milikNya. Dialah Dzat yang Maha Kuasa atas segala sesuatu).” (HR. at-Tirmidzi).
Harapan Haji Mabrur dan Persatuan Bangsa
Di akhir khutbahnya, KH. Ahmad Said Asori berharap semoga wukuf dan doa-doa yang dipanjatkan seluruh jemaah diterima oleh Allah SWT. Ia juga memanjatkan doa agar Arafah menjadikan jemaah sebagai pribadi-pribadi yang luhur, mencintai negara dan bangsa Indonesia, serta mampu meneguhkan persatuan dan persaudaraan antar sesama.
"Semoga kita semua mendapat predikat hajjan mabrura, wa sa’yan masykura, wa dzanban maghfura, wa tijaratan lan tabur," pungkasnya, mendoakan agar haji yang ditunaikan diterima, usaha yang disyukuri, dosa yang diampuni, dan perniagaan yang tidak akan merugi.