Miris! Blokade Israel Memaksa Warga Gaza Kejar Bantuan yang Dijatuhkan ke Laut
- AP Photo/Abdel Kareem Hana
Gaza, VIVA – Di tengah blokade ketat Israel yang membatasi masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, puluhan warga Gaza Palestina di kota pesisir Zawaida terpaksa berenang ke Laut Mediterania, Selasa, 29 Juli 2025, demi mendapatkan bantuan asing yang dijatuhkan dari udara ke tengah laut.
Sebagian dari mereka berhasil membawa pulang beberapa kantong tepung, sekaleng kacang, atau bahkan hanya sekantong teh basah.
Dilansir The Associated Press, pemandangan memilukan ini menggambarkan betapa parahnya kondisi kemanusiaan di Gaza. Blokade darat yang diberlakukan oleh militer Israel telah membuat penyaluran bantuan melalui truk hampir mustahil dilakukan.
Warga Palestina mengambil bantuan yang dijatuhkan di pantai Zawaida, Jalur Gaza
- AP Photo/Abdel Kareem Hana
Akibatnya, komunitas internasional terpaksa mengandalkan pengiriman bantuan udara—sebuah metode yang dianggap tidak efisien dan bahkan membahayakan.
“Saya hanya bisa membawakan tiga biskuit untuk anak saya,” kata Momen Abu Etayya, seorang ayah yang nekat berenang ke laut setelah putranya memintanya mengejar bantuan udara.
Di pantai, seorang anak laki-laki terlihat tersenyum sambil menggenggam sekantong kecil tepung, sementara pria lainnya memamerkan sekaleng kacang yang berhasil diselamatkannya dari ombak.
Warga Palestina mengambil bantuan yang dijatuhkan di pantai Zawaida, Jalur Gaza
- AP Photo/Abdel Kareem Hana
Namun tidak semua merasa bangga dengan keberhasilan tersebut. Kamel Qoraan, warga lain yang ikut terjun ke laut, menyebut bantuan itu “memalukan.” Ia mendesak agar penyeberangan perbatasan dibuka untuk truk pengangkut bantuan, seraya menegaskan bahwa jalur darat dapat menyalurkan bantuan dalam jumlah yang jauh lebih besar dan bermartabat.
"Kami tidak butuh pertunjukan dari langit. Kami butuh solusi nyata," ujarnya.
Laporan Associated Press di Gaza menyebut sebagian besar bantuan udara justru jatuh ke zona merah—wilayah yang sebelumnya diperintahkan Israel untuk dievakuasi dan ditinggalkan oleh warga sipil. Hal ini menambah risiko bagi para warga yang tetap nekat masuk ke wilayah tersebut demi mendapatkan sekedar makanan pokok.
Warga Palestina mengambil bantuan yang dijatuhkan di pantai Zawaida, Jalur Gaza
- AP Photo/Abdel Kareem Hana
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan pengiriman lewat udara bukanlah solusi jangka panjang. Dalam kondisi normal, satu konvoi truk dapat mengangkut jauh lebih banyak bantuan dibandingkan ratusan paket udara yang tak jarang hanyut atau rusak di laut.
Blokade berkepanjangan ini menambah tekanan terhadap lebih dari dua juta penduduk Gaza yang kini bergantung hampir sepenuhnya pada bantuan asing. Banyak dari mereka hidup tanpa akses memadai terhadap makanan, air bersih, listrik, maupun layanan kesehatan.
Badan-badan PBB telahmemperingatkan bahwa krisis kelaparan di Gaza telah berkembang menjadi bencana kelaparan, dengan semakin banyaknya bukti kelaparan dan malnutrisi.
Warga Palestina mengambil bantuan yang dijatuhkan di pantai Zawaida, Jalur Gaza
- AP Photo/Abdel Kareem Hana
Sekitar 2 juta warga Palestina di Gaza memiliki akses terbatas terhadap bantuan, menghadapi ancaman ditembak oleh tentara Israel saat mereka menuju titik-titik distribusi makanan yang padat.
Israel mengklaim telah mengizinkan 5.000 truk bantuan masuk ke Gaza selama dua bulan terakhir, tetapi kelompok-kelompok bantuan mengatakan jumlah tersebut jauh lebih sedikit dari yang dibutuhkan.
Menurut NPR, otoritas kesehatan Gaza kini melaporkan bahwa lebih dari 130 orang di Gaza telah meninggal dunia akibat "kelaparan dan malnutrisi" sejak perang dimulai.