Juru Damai Konflik Kamboja-Thailand, Donald Trump Diusulkan Dapat Nobel Perdamaian
- AP Photo/Alex Brandon
Phnom Phen, VIVA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump diusulkan menerima penganugerahan Nobel Perdamaian atas upayanya membantu mengakhiri perang Kamboja-Thailand.
Usulan itu disampaikan Wakil Perdana Menteri Kamboja Sun Chanthol pada Jumat, 1 Agustus 2025. Menurut Sun, Trump layak dianugerahi Nobel Perdamaian karena menjadi juru damai konflik di beberapa negara, tak hanya di Kamboja dan Thailand.
"Dia (Trump) harus mendapat hadiah Nobel, tak hanya atas kontribusinya terhadap Kamboja tapi juga di tempat lain," kata Sun Chanthol dalam wawancara bersama media Wall Street Journal.
PM Malaysia Anwar Ibrahim mendamaikan konflik Kamboja dan Thailand
- Dok Anwar Ibrahim
Sun mengatakan bahwa negaranya tak mungkin sepakat mengakhiri perang dengan Thailand tanpa kontribusi Trump.
Pada 27 Juli lalu, Trump mengatakan bahwa AS tak akan melanjutkan negosiasi dagang dengan negara-negara yang sedang mengalami konflik serta mendorong Kamboja dan Thailand untuk segera melakukan perundingan gencatan senjata.
Untuk menunjukkan keseriusan Kamboja mengusulkan Nobel Perdamaian kepada Trump, Sun mengungkapkan rencana pemerintahnya untuk segera berkomunikasi dengan Komite Nobel di Norwegia terkait hal tersebut.
Ketegangan di perbatasan Thailand-Kamboja memuncak menjadi pertempuran bersenjata pada 24 Juli lalu. Setelah bentrokan di area perbatasan, militer kedua negara terlibat dalam baku tembak.
Militer Kamboja meluncurkan serangan roket ke Thailand yang mengenai sasaran sipil di negara tersebut, sementara Thailand membalas dengan serangan udara terhadap militer Kamboja.
Kedua pihak melaporkan jatuhnya korban jiwa, termasuk di kalangan warga sipil, akibat pertempuran yang terjadi.
Menyusul pertemuan antara PM Kamboja Hun Manet dan Penjabat PM Thailand Phumtham Wechayachai yang dimediasi PM Malaysia Anwar Ibrahim di Kuala Lumpur, Senin lalu, kedua pihak sepakat terhadap gencatan senjata segera.
